Al-Qaidah Raup Untung dari Penjualan Minyak Gelap di Yaman

Elvina Rosita/Reuters | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Mei 2016 01:45 WIB
AQAP dikabarkan terpukul mundur hingga ke selatan Yaman, namun masih meraup keuntungan dari praktik penyelundupan bahan bakar di pasar gelap.
Ilustrasi fasilitas tangki minyak (Getty Images/Michael Fuery)
Jakarta, CNN Indonesia -- Al-Qaidah mungkin saja sudah berhasil dipukul mundur dari sejumlah wilayah di tengah kecamuk perang di Yaman. Namun, kelompok militan ini dikabarkan masih berada di bagian selatan negara itu dan meraup keuntungan dari praktik penyelundupan bahan bakar di pasar gelap.

Puluhan militan dilaporkan tewas dalam serangan yang didukung negara Teluk untuk memberangus al-Qaidah di Mukalla, kota pelabuhan ketiga terbesar di Yaman. Namun, ratusan lainnya melarikan diri ke provinsi Shabwa dan daerah sekitarnya.

Sebulan kemudian, al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP) dilaporkan berkembang dengan bergabung bersama kelompok bersenjata untuk menyelundupkan bahan bakar ke berbagai pantai terpencil di sepanjang Laut Arab, menurut keterangan sejumlah sumber keamanan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shabwa merupakan wilayah proyek industri terbesar di Yaman, meski kini fasilitas ekspor gas alam yang berada di Belhaf sudah ditutup. Shabwa kini terbelah-belah, menjadi wilayah yang dikuasai al-Qaidah, pasukan pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, pemberontak Houthi dan beberapa kelompok bersenjata.

Menurut penduduk setempat, seluruh pihak yang bertikai mendapatkan keuntungan saat adanya krisis bahan bakar di penjuru Yaman.

"Ada lima pos pemeriksaan di Shabwa antara Bir Ali dan Ataq yang menuju wilayah pedalaman (yang dikuasai Houthi). Satu pos dikuasai oleh militer, satu oleh para milisi setempat, dan satu oleh tokoh yang berperan sebagai gubernur. Al-Qaidah menguasai dua pos di Azzan," kata seorang pemimpin setempat yang tak disebutkan namanya, dikutip dari Reuters, Jumat (27/5).

Jenderal Faraj al-Buhsani, komandan pasukan Yaman yang memerangi AQAP di Mukalla sependapat dengan informasi tersebut.

"Di Azzan, (al-Qaidah) memiliki pusat kegiatan untuk menjual produk minyak yang berasal dari Belhaf dan daerah yang menuju ke Shabwa. Kami mendengar informasi soal itu terus-menerus," ujarnya.

Berbagai kelompok bantuan menyatakan bahwa Yaman, dalam beberapa bulan terakhir, memproduksi sekitar 10 persen dari lebih dari 500 ribu ton konsumsi bahan bakar, sebagian besar karena banyaknya pelabuhan di Yaman yang dijaga ketat oleh pasukan Negara Teluk untuk mencegahnya dari Houthi.

Setahun dikuasai AQAP

Didirikan pada dekade 1990an, kemunculan kembali AQAP di Yaman merupakan konsekuensi yang tidak diinginkan dari intervensi militer yang didukung Arab Saudi di Yaman sejak Maret 2015. Kemunculannya menambah panjang daftar kelompok yang bermusuhan dengan pasukan pemerintah, selain Houthi yang didukung Iran.

Pejabat lokal dan sumber pelayaran internasional mengatakan penyelundupan minyak dilakukan melalui sebuah perahu kecil, termasuk perahu yang terbuat dari kayu, yang melewati sejumlah desa nelayan dan dusun.

Salah satu sumber menyatakan bahwa sekitar tiga kapal kecil, termasuk kapal tanker, terlibat dalam penyelundupan bahan bakar di daerah Bir Ali dan sekitarnya sejak pemerintah mengambil alih kekuasaan di Mukalla.

"Ada sejumlah pelabuhan kecil di sekitar daerah tersebut yang menjadi tempat untuk melakukan kegiatan penyelundupan," kata salah satu sumber.

"Ini biasanya melibatkan kapal-kapal kecil yang lebih mudah melepaskan kargo mereka mengingat mereka hanya membawa sejumlah kecil minyak," ujarnya.

"Kapal-kapal tersebut menyimpang dari program navigasi normal dan mematikan transponder yang dekat dengan garis pantai di daerah-daerah tersebut," ujarnya.

Dua sumber mengaku sering melihat kegiatan penyelundupan di sekitar daerah tersebut, yang melibatkan sejumlah kapal pembawa beban yang kecil, sekitar 1.000 ton minyak atau solar. (ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER