Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga pengawas nuklir PBB memperkirakan bahwa Korea Utara telah membuka kembali sebuah pabrik untuk memproduksi plutonium dari bahan bakar bekas reaktor nuklir. Laporan ini semakin menguatkan indikasi Korut terus mengembangkan teknologi untuk menciptakan senjata nuklir.
Sejak 2013, Pyongyang bersumpah untuk memulai kembali semua fasilitas nuklir, termasuk reaktor utama di situs Yongbyon yang sudah ditutup dan merupakan reaktor yang penting dalam program pengembangan senjata nuklir negara komunis ini.
Korut mengklaim bahwa sejak September lalu Yongbyon kembali beroperasi untuk meningkatkan "kualitas dan kuantitas" senjata nuklirnya. Sejak itu, Korut gencar meluncurkan uji coba nuklir dan Korut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Energi Atom Internasional, IAEA, yang tidak memiliki akses ke Korea Utara dan memonitor kegiatan dengan satelit, menyatakan pada tahun lalu bahwa mereka melihat tanda-tanda kembalinya aktivitas di Yongbyon, termasuk di reaktor utama.
"Kegiatan kembali terlihat di reaktor [berkekuatan] 5 megawatt, terlihat juga perluasan di sejumlah fasilitas yang terkait dengan sentrifugal dan pengolahan. Ini merupakan beberapa contoh dari area yang aktivitasnya terlihat di Yongbyon," kata kepala IAEA, Yukiya Amano, pada konferensi pers dalam rapat tiga bulanan Dewan Direktur IAEA, dikutip dari
Reuters.
Sentrifugal merupakan mesin yang memperkaya uranium. Melalui proses, pengayaan uranium yang dilakukan hingga ke tingkat yang dapat digunakan sebagai inti dari senjata nuklir.
Proses pengolahan kembali plutonium dari bekas bahan bakar reaktor nuklir merupakan salah satu cara untuk membuat bom.
"Ada indikasi pabrik pengolahan di Yongbyon telah diaktifkan kembali," kata seorang juru bicara IAEA yang tak dipublikasikan namanya, pada Senin (6/6).
"Ada kemungkinan bahwa pemrosesan itu dilakukan dari bahan bakar bekas," ujarnya.
Hingga kini, belum diketahui berapa jumlah plutonium dan uranium yang dimiliki Korut dalam program senjata nuklirnya. Belum diketahui juga secara pasti tingkat kemampuan Korut untuk memproduksinya.
Namun, Korut diyakini menggunakan plutonium yang diproses dari bahan bakar bekas di Yongbon untuk membuat bom nuklirnya.
Korea Utara tengah dijatuhkan sanksi internasional atas program senjata nuklirnya, termasuk sanksi ketat dari PBB yang diberlakukan sejak Maret, didukung oleh sekutu utama Korut, China. Sanksi itu dijatuhkan kepada Korut menyusul uji coba nuklirnya pada Januari lalu.
Direktur intelijen nasional Amerika Serikat menyatakan pada Februari bahwa Korea Utara memerlukan waktu beberapa minggu untuk memulihkan plutonium dari Yongbyon. Kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat, intelijen AS juga menyatakan bahwa Korut sudah memperluas fasilitas pengayaan uranium di sana.
(ama)