Amnesty: Pembantaian Albino di Malawi Kian Marak

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 08 Jun 2016 06:08 WIB
Di Malawi, mitos soal albinisme beragam, termasuk keyakinan bahwa berhubungan seks dengan warga albino dapat menjadi obat untuk HIV.
Ilustrasi warga albino (Dok. Wikimedia.com/Fernandus Reus)
Jakarta, CNN Indonesia -- Organisasi pemerhati HAM, Amnesty International, melaporkan bahwa serangan terhadap warga albino di Malawi kian marak sejak akhir 2014. Warga yang menderita albinisme, atau ketiadaan pigmen melanin, dibunuh untuk diambil anggota tubuhnya yang dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan.

Amnesty menyatakan bahwa serangan terparah terhadap warga albino terjadi pada April tahun ini. Empat warga albino, termasuk seorang anak berusia di bawah dua tahun dibunuh dengan cara kejam. Ayah dari anak tersebut, bersama empat orang lainnya, diduga terlibat dalam pembunuhan dan dalam penahanan pihak berwenang.

Dalam 19 bulan terakhir, pihak berwenang Malawi mencatat 18 pembunuhan warga albino dan penculikan lima orang lainnya. Amnesty meyakini jumlah pembunuhan yang sebenarnya melebihi angka itu, karena banyak serangan yang terkait dengan ritual rahasia di sejumlah daerah pedesaan tidak dilaporkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Malawi, seperti juga negara Afrika lainnya, beberapa bagian tubuh warga albino diyakini membawa kekayaan dan keberuntungan. Mereka kerap diburu para dukun yang mengincar anggota tubuh warga albino untuk tambahan dalam ramuan sihir.

"Gelombang pembunuhan brutal yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap orang-orang dengan albinisme telah menciptakan iklim teror untuk kelompok yang rentan ini dan keluarga mereka," kata Deprose Muchena, direktur Amnesty International untuk Afrika Selatan, dikutip dari Reuters pada Selasa (7/6).

Para pejabat senior pemerintah, termasuk Presiden Peter Mutharika, secara terbuka mengecam serangan terhadap warga albino dan mengumumkan sejumlah langkah pengamanan, termasuk menunjuk penasehat hukum untuk membantu penyelidikan dalam sejumlah kasus pembunuhan warga albino.

"Namun, sejumlah langkah ini gagal menghentikan kekerasan," bunyi laporan Amnesty yang dipublikasikan pada Selasa.

"Beberapa pelaku telah ditangkap, didakwa dan dihukum, namun sebagian besar kasus kejahatan belum terpecahkan. Dakwaan dan denda yang dijatuhkan belum sepadan dengan beratnya kejahatan, dan menciptakan impunitas," bunyi laporan itu.

Menurut laporan polisi, sejak November 2014, tercatat setidaknya 69 kejahatan terhadap warga dengan albinisme di Malawi.

Amnesty tidak memiliki catatan untuk jumlah serangan sebelum November 2014, tetapi para juru kampanye, pihak kepolisian, keluarga dan tokoh masyarakat menyatakan jumlah serangan terus meningkat.

Peneliti utama dari laporan Amnesty, Simeon Mawanza, menyatakan kepada Thomson Reuters Foundation bahwa belum jelas pemicu maraknya pembantaian terhadap warga albino dalam dua tahun terakhir, namun diduga bersamaan dengan meningkatnya tingkat pengangguran dan kekeringan.

Belum ada juga dokumentasi sistematis yang mencatat kasus kejahatan terhadap orang dengan albinisme di Malawi. Padahal, terdapat sekitar 10 ribu populasi warga albino dari sekitar 16,5 juta penduduk Malawi.

Warga dengan albinisme menghadapi diskriminasi dan ancaman, baik di sekolah maupun di masyarakat. Mitos soal albinisme pun beragam, termasuk keyakinan bahwa berhubungan seks dengan warga albino dapat menjadi obat untuk HIV.

Laporan Amnesty terkait pembantaian warga albino dirilis menjelang hari albinisme internasional yang jatuh pada 13 Juni mendatang.

Albinisme merupakan suatu kelainan bawaan yang mempengaruhi antara satu dari 5.000 orang hingga satu dari 15.000 orang di sub-Sahara Afrika. Di Eropa dan Amerika Utara, albinisme diderita sekitar satu dari 20.000 orang. (den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER