Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyetujui pemberian kekuatan militer AS yang lebih luas untuk mendampingi pasukan Afghanistan, dan bahkan ikut terjun langsung, dalam memerangi kelompok militan Taliban yang beberapa pekan terakhir meningkatkan intensitas serangannya.
Pejabat pertahanan senior AS yang tak dipublikasikan namanya mengungkapkan kepada
Reuters bahwa keputusan Obama ini juga akan memungkinkan pasukan udara AS memberikan bantuan militer yang lebih luas, seperti dukungan kekuatan udara jarak dekat.
"Ini bukan hanya untuk menargetkan Taliban," ujar sang sumber tersebut, Jumat (10/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah kebijakan yang baru, komandan AS di Afghanistan, Jenderal John Nicholson, dapat memutuskan kapan saat yang tepat bagi pasukan Amerika untuk mengiringi pasukan Afghanistan yang konvensional di lapangan. Sejauh ini, upaya pendampingan militer Afghanistan hanya dapat dilakukan oleh pasukan operasi khusus Afghanistan.
Meski demikian, perluasan kekuatan militer AS, lanjut sumber itu, hanya dapat diterapkan "saat waktu tertentu, di mana pendampingan militer dapat memberikan pengaruh yang strategis di medan tempur."
Meski demikian, terlepas dari kebijakan ini, pasukan AS diminta untuk tidak mengiringi pasukan Afghanistan dalam menjalankan misi harian.
Keputusan ini menandakan berkembangnya kebijakan AS terkait keterlibatan pasukannya di Afghanistan, yang selama ini hanya diberi peran terbatas dalam misi penyerangan terhadap militan.
Militer AS sebelumnya diizinkan untuk mengambil tindakan terhadap "para ekstremis" Taliban, di mana bantuan mereka dinilai perlu untuk mencegah kekalahan telak untuk kubu militer Afghanistan.
Kebijakan baru ini akan mengizinkan militer AS untuk membantu pasukan Afghanistan dalam kasus lebih defensif atau saat meluncurkan serangan terhadap Taliban.
"Pasukan AS akan lebih proaktif mendukung pasukan konvensional Afghanistan," kata pejabat itu.
Kebijakan ini disetujui Obama menyusul tewasnya s
eorang jurnalis foto veteran Amerika Serikat ang bekerja untuk media NPR, David Gilkey, dan seorang penerjemah lepas, Zabihullah Tamanna, saat iring-iringan mereka diserang kelompok militan di Afghanistan pada akhir pekan lalu.
Kendaraan yang ditumpangi Gilkey itu diserang oleh kelompok Taliban dengan roket 822 mm pada pukul 14.30 waktu setempat, Minggu (5/6). Gilkey adalah fotografer pemenang penghargaan atas karyanya di Afghanistan dan daerah perang lainnya.
Taliban berhasil memenangi sejumlah pertempuran di beberapa wilayah Afghanistan dalam beberapa bulan terakhir. Tewasnya pemimpin mereka, Mullah Akhtar Mansour, dalam serangan drone Amerika Serikat bulan lalu nyatanya tak berdampak banyak terhadap intensitas pemberontakan miltan ini.
Dalam beberapa pekan terakhir, risiko penculikan dan penyerangan terhadap para wisatawan pun dilaporkan kian meningkat.
Pada akhir bulan lalu, kelompok pemberontak menewaskan sedikitnya sembilan orang dan menculik 20 lainnya ketika mereka menyandera tiga bus di Kunduz. Taliban mengaku bertanggung jawab atas penculikan itu.
(ama/den)