Jakarta, CNN Indonesia -- Bakal calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, pada Rabu (15/6), mengatakan akan menemui Asosiasi Senapan Nasional (NRA) untuk membahas aturan baru yang akan mencegah orang-orang dalam daftar teroris untuk membeli senjata api.
Trump merencanakan pertemuan itu terkait serangan penembakan di kelab gay Pulse, di Orlando, Florida, pada Minggu (12/6) yang menewaskan 50 orang dan melukai puluhan orang lainnya.
Rencananya itu diutarakan Trump melalui akun Twitter-nya pada Rabu (14/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Trump memang sangat vokal dalam menyuarakan pendapatnya tentang hak asasi kepemilikan senjata api.
Seakan sependapat dengan Trump, dalam tulisan opini di
USA Today, Selasa (14/6) direktur eksekutif NRA, Chris Cox, mengatakan bahwa upaya untuk menghapuskan Amandemen Kedua Konstitusi AS soal kebebasan memiliki senjata api malah justru akan membuat warga Amerika ketakutan.
"Mereka [pemerintahan Presiden AS Barack Obama] putus asa dalam menciptakan ilusi bahwa mereka telah melakukan sesuatu untuk melindungi kita karena kebijakan mereka tidak bisa dan tidak akan membuat kita aman," kata Cox.
Cox menyinggung soal Mateen yang telah beberapa kali diinterogasi FBI. Menurut Cox, Mateen tidak bisa dihentikan saat itu karena Obama menerapkan "pembenaran politik".
Pembenaran politik atau
political correctness adalah istilah yang digunakan di AS untuk menyebutkan bahwa sebuah kebijakan, perkataan atau keputusan pemerintah diambil dengan sangat hati-hati agar tidak menyinggung kelompok tertentu.
"Sayangnya, pembenaran politik pemerintah Obama mencegah dilakukannya sesuatu terhadap hal tersebut," tulis Cox.