Perhitungan Sementara Brexit, Kubu 'Keluar' Unggul

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2016 08:33 WIB
Hasil awal referendum Uni Eropa untuk menentukan keanggotaan Inggris menunjukkan lebih banyak warga Inggris yang memilih agar negaranya keluar dari Uni Eropa.
Hasil awal referendum Uni Eropa untuk menentukan keanggotaan Inggris menunjukkan lebih banyak warga Inggris yang memilih agar negaranya keluar dari Uni Eropa. (Reuters/Kevin Coombs)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil awal referendum Uni Eropa untuk menentukan keanggotaan Inggris, atau yang biasa disebut Brexit, menunjukkan lebih banyak warga Inggris yang memilih agar negaranya keluar dari Uni Eropa. Perhitungan sementara ini bertentangan dengan berbagai hasil jajak pendapat di beberapa hari terakhir, yang menunjukkan kubu 'Tetap' menguat.

Hasil suara sementara 13 distrik dari 382 distrik di Inggris, sebanyak 52,4 persen suara memilih Inggris mengakhiri keanggotaannya di Uni Eropa yang sudah berlangsung selama 43 tahun. Sementara, sebanyak 47,6 persen suara lainnya menginginkan Inggris tetap di blok 28 negara itu, menurut laporan Reuters.
CNN melaporkan hasil yang tak jauh berbeda, yakni kubu 'Keluar' unggul 54,16 persen suara, sementara kubu 'Tetap' meraup 45,84 persen suara. 

Meski demikian, terlalu dini untuk menetapkan hasil akhir referendum. Berbagai survei opini masih menunjukkan kubu 'Tetap' memiliki kesempatan kuat untuk menang. Selain itu, dua tokoh kampanye anti-Uni Eropa bahkan memperkirakan mereka akan kalah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Partai Kemerdekaan Inggris, UKIP, Nigel Farage, yang pro-nasional dan mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa menyatakan kepada Sky News, "Ini kampanye referendum yang luar biasa, jumlah pemilih terlihat sangat tinggi dan terlihat sepertinya kubu 'Tetap' akan unggul."

Farage menyatakan prediksi itu berdasarkan "apa yang saya dengar dari beberapa teman saya di pasar keuangan yang telah melakukan sejumlah jajak pendapat besar." Menteri Luar Negeri untuk Irlandia Utara, Theresa Villiers, yang juga berkampanye untuk Brexit, menyatakan bahwa nalurinya berkata kubu 'Tetap' akan menang.

Meski terlihat pesimistis, Farage menyatakan, "Saya berharap saya salah. Saya harap saya membodohi diri sendiri dengan percaya hal ini. Benar atau salah, jika kita tetap menjadi bagian dari serikat yang sudah ditakdirkan hancur ini maka selesai semua." 

Komentar Farage dan berbagai jajak pendapat yang menunjukkan kubu 'Tetap' akan menang telah menjadikan mata uang pound sterling menguat ke level tertinggi tahun ini.

Sementara itu, Perdana Menteri David Cameron mendesak warga Inggris untuk memilih tetap berada di Uni Eropa, dan terus memperingatkan bahwa keluar dari Uni Eropa berisiko besar terhadap sektor perdagangan dan investasi, kemungkinan terjadi resesi, melemahkan pound sterling dan membuat harga bahan pokok dan biaya liburan menjadi lebih mahal.

"Terima kasih untuk semua orang yang memilih Inggris tetap kuat, lebih aman dan lebih baik di Eropa - dan ribuan penggiat kampanye 'Tetap' di seluruh Inggris," kata Cameron di akun Facebook miliknya.

Jika hasil akhir referendum menunjukkan warga Inggris memilih tetap di Uni Eropa, Inggris akan diberikan status khusus untuk membebaskan diri dari setiap integrasi politik Uni Eropa lebih lanjut.

Meski demikian, para pemimpin Eropa masih harus mengatasi sentimen anti-Uni Eropa yang akan menguat di penjuru Benua Biru itu usai referendum Brexit. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER