Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Inggris, David Cameron, dan lawan politiknya masih terus berkoar untuk merebut hati rakyat yang akan mengikuti referendum guna menentukan nasib negaranya, keluar atau tetap bergabung dengan Uni Eropa.
Kerap disebut sebagai Brexit atau British Exit, referendum yang akan dilaksanakan pada Kamis (23/6) ini dianggap menjadi penentu masa depan Inggris.
Jika kampanye "out" atau keluar dari Uni Eropa menang, maka disinyalir akan ada gejolak pasar finansial dan Kantor Valuta Asing melaporkan adanya lonjakan permintaan valuta asing dari warga Inggris yang dikhawatirkan dapat menjatuhkan nilai mata uang Pound Sterling.
Cameron sebagai pendukung "in" atau kampanye agar Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa, pun berkata, "Keluar dari Eropa merupakan risiko bagi masa depan keluarga kalian karena sekali kalian memilih keluar pada Kamis, tak akan bisa kembali pada Jumat."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Boris Johnson, mantan wali kota Inggris yang merupakan pemimpin kampanye "out", juga tetap menyerukan agar Inggris keluar dari Uni Eropa.
Menurut Johnson, UE ingin membentuk negara besar Eropa, seperti halnya pemimpin Nazi Hitler di Jerman di era Perang Dunia II.
"Ini merupakan kesempatan terakhir kita untuk menentukan dan mengambil alih kembali kendali," ujar Johnson seperti dikutip
Reuters.
Hingga Rabu (22/6) waktu setempat, tiga dari empat jajak pendapat menunjukkan kemenangan untuk tetap berada di UE.
Beberapa penyelenggara jajak pendapat mengatakan bahwa hasil akhir masih sangat sulit diprediksi. Hasil juga akan tergantung pada warga yang baru menentukan sikap di hari pemilihan.
Namun, salah satu penyelenggara jajak pendapat, ComRes, mengatakan bahwa kemungkinan besar "in" akan menang melihat laporan keunggulan 6 persen dalam survei terakhir.
"Pertanyaan panasnya sekarang adalah apakah kemenangan 'Tetap' ini akan menjadi margin yang cukup untuk memantapkan keanggotaan UE bagi satu generasi seperti yang dikatakan David Cameron," ucap kepala ComRes, Andrew Hawkins.
Selama ini, Cameron berjanji akan ada reformasi lanjutan di Inggris jika mereka tetap bergabung dengan UE. Namun, Kepala Komisi UE, Jean-Claude Juncker, mengingatkan bahwa tidak akan ada negosiasi lain setelah hasil dari referendum itu keluar.
Desakan juga datang dari Presiden Perancis, Francois Hollande, yang mengatakan bahwa pilihan keluar akan benar-benar akan membahayakan akses Inggris ke pasar tunggal UE.
Sementara itu, Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengaku tak ingin berspekulasi akan bahaya yang akan terjadi jika Inggris keluar karena ia ingin negara itu tetap bergabung dengan UE.
Selain ekonomi, debat panas mengenai Brexit ini juga kebanyakan menyorot masalah imigrasi. Pendukung Brexit mengatakan bahwa Inggris akan memegang kontrol penuh terhadap imigrasi jika memisahkan diri dari UE.
(stu)