Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg menyarankan bagi warga Inggris untuk tidak memilih meninggalkan Uni Eropa melalui referendum Brexit. Menurutnya, warga Inggris tidak akan menyukai kehidupan, kondisi sosial serta ekonomi di luar Uni Eropa.
Norwegia merupakan salah satu negara di Benua Biru yang tidak menjadi anggota Uni Eropa (UE). Norwegia menolak keanggotaan Uni Eropa pada 1994, juga melalui sebuah referendum. Negara ini kerap dijadikan model dalam kampanye gerakan Brexit, atau British Exit.
Meski tak menjadi anggota UE, Norwegia tetap memiliki akses zona perdagangan yang disebut "pasar tunggal." Untuk mendapatkan akses ini, Norwegia harus membayar uang dalam jumlah besar dan mengizinkan pergerakan orang dan modal dengan bebas.
"Kami adalah negara kecil. Saya pikir akan lebih sulit bagi warga Inggris untuk menerima bahwa Brussels yang memutuskan, dan mereka tidak memiliki suara," kata Solberg kepada CNN, Rabu (22/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pendukung kampanye "Keluar" kerap kali menyerukan bahwa warga Inggris tidak perlu khawatir soal keluar dari Uni Eropa. Menurut mereka, Inggris tidak akan tersingkir dari pasar perdagangan Uni Eropa.
"Saya pikir mereka yang mengatakan terdapat 'kisah romantis' dalam kehidupan di luar Uni Eropa meremehkan tantangan yang muncul dari seluruh proses pemisahan," ujar Solberg.
"Di beberapa kasus, kami menjadi bagian dari [Uni] Eropa, tanpa memiliki hak untuk mengambil keputusan, seperti yang dimiliki Inggris," ucapnya.
Norwegia, lanjut sang perdana menteri, menerima keputusan yang dibuat oleh para pemimpin dan perwakilan Uni Eropa lalu menerapkannya dalam hukum Norwegia. Meski demikian, Norwegia tidak memiliki satu pun pejabat perwakilan di Uni Eropa.
"Kami mencoba melobi dan menyerukan pendapat kami dalam proses pengambilan keputusan, tetapi ketika keputusan akhirnya dibuat, para politisi Norwegia dan warga Norwegia harus menerima sebagian dari peraturan tersebut," ujarnya.
"Saya tidak yakikn sebuah negara besar seperti Inggris bersedia menerima proses pengambilan keputusan semacam itu, tanpa bisa ikut serta dalam pengambilan keputusan," kata Solberg.
"Saya setuju bahwa ada banyak hal yang tidak saya sukao soal keputusan Uni Eropa. Namun, tentu saja, Anda harus membuat kompromi. Dan jika Anda ingin terus maju ke depan, Anda tidak selalu bisa mendapatkan apa yang Anda inginkan," ucapnya.
Warga Inggris akan ambil suara untuk menentukan keanggotaan mereka di Uni Eropa melalui referendum Brexit pada Kamis (23/6) waktu setempat. Hasil jajak pendapat menjelang referendum menunjukkan bahwa pendukung "In" maupun "Out" memiliki kesempatan besar untuk menang.
(stu)