Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi, memastikan bahwa tujuh anak buah kapal warga negara Indonesia yang disandera oleh dua kelompok bersenjata di Filipina sudah bersama dalam satu kelompok.
"Sebelumnya diketahui bahwa sandera diambil oleh dua kelompok yang berbeda. Namun, berdasarkan perkembangan informasi yang kami peroleh, saat ini mereka sudah berada dalam satu kelompok," ujar Retno dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (28/6).
Namun, kata Retno, ketujuh WNI terkadang dipindahkan dan dipecah ke dalam dua kelompok. Ia juga menambahkan bahwa ketujuh sandera tersebut dalam “keadaan baik.”
Sebelumnya, Retno mengatakan bahwa ketujuh ABK tugboat Charles 001 dan Robby 152 itu disandera dalam dua tahap oleh dua kelompok berbeda pada 20 Juni lalu di Laut Sulu saat sedang menempuh perjalanan dari Tagoloan Cagayan, Mindanao, menuju Samarinda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, kapal membawa 13 ABK. Menurut juru bicara Kemlu, Arrmanatha Nasir, pada tahap pertama, hanya 3 orang yang disandera. Lalu pada tahap kedua, 4 orang lainnya disandera, sementara 6 ABK lainnya berhasil lolos.
Menurut keterangan keenam ABK yang sudah tiba di Indonesia, penyanderaan pertama dilakukan oleh 5-6 orang bersenjata. Pada tahap kedua, ada 8-10 orang bersenjata yang beraksi.
Kemlu sudah menyampaikan situasi yang dialami oleh ABK kepada pihak keluarga. "Kami akan terus mengomunikasikan kondisi para sandera kepada pihak keluarga," kata Retno.
Sementara itu, pemerintah juga akan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengupayakan pembebasan para sandera WNI.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu telah memastikan bahwa pelaku penculikan adalah kelompok Abu Sayyaf. Ia mengatakan, peristiwa penyanderaan tersebut terjadi dua kali dan dilakukan oleh kelompok yang sama.
"Ini kelompok Abu Sayyaf semua yang melakukan," kata Ryamizard di kantor Kementerian Politik Hukum dan Keamanan di Jakarta, Selasa (28/6).
Pihak Kemlu sendiri sudag mengirimkan diplomatnya ke Davao untuk menghimpun informasi lebih banyak dan kemungkinan langkah yang dapat diambil.
"Komunikasi akan terus dijalankan dengan pemerintahan baru yang akan dilantik pada 30 Juni. Kami meyakini, Pergantian pemerintahan ini tidak akan jadi penghmbat penyelamatan sandera," kata Retno.
Retno sendiri berencana untuk bertemu dengan Menlu Filipina yang baru secepat mungkin setelah 30 Juni.
(stu)