Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah kantor berita yang dikelola oleh para aktivis Suriah memanfatkan sensasi permainan Pokemon Go yang tengah mendunia untuk menyerukan kampanye bantuan terhadap anak-anak di Suriah yang terjebak di tengah konflik.
Kampanye ini diluncurkan oleh Revolutionary Forces of Syria Media Group di sejumlah media sosial, termasuk Twitter dan Facebook. Kampanye ini menyerukan agar para penikmat game rehat dari perburuan monster-monster imut tersebut dan mengalihkan sejenak perhatian mereka untuk membatu warga Suriah di tengah kecamuk perang saudara yang telah berlangsung selama lebih dari lima tahun.
"Saya di Suriah. Selamatkan saya!!" kicau kelompok ini di akun
Twitter, sembari mengunggah foto seorang bocah Suriah tengah memegang papan bergambar monster Pokemon, bertuliskan "Saya di Ghouta Timur, Suriah. Ayo selamatkan saya!" dalam bahasa Inggris dan Arab, dikutip dari
CNN, Kamis (21/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ghouta merupakan salah satu wilayah di Suriah di mana senjata kimia diluncurkan dengan menargetkan warga sipil pada September 2013, menyebabkan ribuan anak tewas.
Kicauan lainnya menggambarkan seorang anak laki-laki yang tengah duduk di reruntuhan bangunan di tepi jalan. Monster Pikachu muncul di samping si anak dengan raut muka sedih sembari menangis. Kicauan itu diberi tagar #PrayforSyria.
 Seorang anak laki-laki yang tengah duduk di reruntuhan bangunan di tepi jalan. Monster Pikachu muncul di samping si anak dengan raut muka sedih sembari menangis. (Screenshot via Twitter/@RFS_mediaoffice) |
Tak hanya kelompok itu, desainer Saif Aldeen Tahhan juga memanfaatkan popularitas permainan Pokemon Go untuk menyoroti penderitaan warga Suriah akibat perang. Ia mengunggah serangkaian foto kartun lucu dengan latar belakang perang Suriah, seperti rumah yang hancur akibat bom serangan udara, gedung sekolah yang terlantar, dan lain sebagainya.
"Alih-alih mencari monster Pokeman, ada banyak benda yang dicari oleh bocah Suriah setiap harisnya, seperti buku sekolah dan mainan-mainan terbengkalai di reruntuhan rumah," ujar Tahhan.
Dalam satu foto yang diunggahnya, kartun boneka beruang disisipkan Tahhan di sebelah anak Suriah yang terluka akibat bom dan boneka harimaunya yang ikut hancur.
 Tahhan menyisipkan kartun boneka beruang i sebelah anak Suriah yang terluka akibat bom dan boneka harimaunya yang ikut hancur. (Screenshot via Facebook/Saif Aldeen Tahhan) |
"Publik bicara soal Pokemon di media sosial sepanjang waktu, jadi saya membuat gambar ini untuk menarik perhatian mereka yang menderita selama perang dan menyoroti apa yang benar-benar dibutuhkan warga Suriah," kata Tahhan.
Tahhan sendiri merupakan pengungsi Suriah. Dia mengungsi ke Mesir lalu melanjutkan perjalanan dengan perahu untuk menyebrang ke Italia hingga tiba di Denmark pada 2014 lalu. Salah satu karyanya, ia menyisipkan kartun bergambar pelampung di sebelah perahu kecil yang penuh sesak dengan pengungsi yang melarikan diri dari konflik.
 Tahhan menyisipkan kartun bergambar pelampung di sebelah perahu kecil yang penuh sesak dengan pengungsi. (Screenshot via Facebook/Saif Aldeen Tahhan) |
"Kami hidup di permainan besar kami sendiri, yakni permainan politik," ujar Tahhan.
Menurut data UNHCR, sejak awal perang Suriah tahun 2010, hampir 5 juta warga Suriah melarikan diri dan terdaftar sebagai pengungsi di berbagai negara, khususnya di Eropa.
Anak-anak Suriah tak lagi bisa bersekolah. Berbagai serangan udara, baik dari Rusia maupun koalisi pimpinan Amerika Serikat merupakan sesuatu hal yang wajar terjadi sehari-hari di negara itu.
"Pentingnya gambar-gambar ini adalah untukl menarik perhatian dunia selama masa perang. Saya beritahu Anda, rakyat Suriah tidak mencari Pokemon," ucap Tahhan.
(ama)