Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi Negara Bagian Bavaria melaporkan hasil investigasi yang telah dilakukan mendapat kesimpulan, pelaku penembakan Munich pada Jumat (22/7) lalu telah merencanakan aksinya sejak tahun lalu. Remaja berusia 18 tahun blasteran Jerman-Iran tersebut telah menyambangi lokasi kejadian tahun lalu, sebelum akhirnya melancarkan aksi melepaskan tembakan membabi-buta yang mengakibatkan 15 orang tewas.
Robert Heimberger, Kepala Polisi Negara Bagian Bavaria menjelaskan, kesimpulan tersebut diperoleh dari sejumlah barang bukti yang ditemukan di rumah pelaku.
“Pelaku merupakan pecandu permainan simulasi menembak yang kemudian nekat membeli senjata berupa pistol Glock 17 di internet,” kata Heimberger dikutip dari Reuters, Minggu (24/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, kedua orangtua pelaku masih dalam kondisi terguncang atas aksi brutal yang dilakukan anaknya. Sehingga pihak kepolisian Jerman belum dapat mengorek informasi lebih jauh mengenai pelaku.
Pasca insiden berdarah tersebut, pejabat tinggi Jerman menyerukan kontrol lebih ketat atas penjualan senjata api.
“Kita harus terus melakukan semua yang kita bisa untuk membatasi dan mengontrol dengan ketat akses ke senjata mematikan,” kata Wakil Kanselir Jerman yang juga pemimpin kelompok kiri-tengah Sosial Demokrat, Sigmar Gabriel, kepada grup media Funke Mediengruppe.
Gabriel mengatakan bahwa otoritas Jerman sedang menyelidiki bagaimana pelaku penembakan keturunan Iran-Jerman berusia 18 tahun itu bisa mendapat senjata meski memiliki masalah psikologis.
Penembakan di Munich adalah insiden ketiga yang terjadi di Eropa Barat-dan kedua di Jerman-dalam delapan hari. Sebelumnya, teror truk menewaskan 84 orang di Nice, Perancis. Selang beberapa hari kemudian, terjadi insiden penusukan di kereta di Jerman, melukai beberapa orang.