Jakarta, CNN Indonesia -- Upaya "pembersihan" jajaran militer yang dilakukan pemerintah Turki menyusul percobaan kudeta dua pekan lalu dinilai menghambat kerja sama koalisi serangan udara pimpian Amerika Serikat dalam melawan ISIS.
Direktur Intelijen Nasional AS, James Clapper, menyatakan pada Kamis (28/7) bahwa upaya "pembersihan" ini membuat ribuan tentara Turki ditangkap atau diberhentikan tidak hormat, termasuk di antaranya beberapa perwira Turki yang berurusan dengan Amerika Serikat dalam kerja sama koalisi melawan ISIS.
Salah satu bentuk kerja sama itu adalah penggunaan pangkalan udara di Incirlik, Turki, oleh pasukan dan jet tempur AS. Setelah percobaan kudeta pecah pada 15 Juli lalu, pangkalan udara ini sempat ditutup selama tiga hari, membuat misi serangan udara terhadap ISIS di Irak dan Suriah terhenti sementara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditanya soal dampak penangkapan tentara Turki terhadap misi serangan melawan ISIS, Clapper menjawab bahwa, "Sangat berdampak, karena ini memengaruhi semua segmen dalam jajaran aparat keamanan nasional di Turki."
"Banyak tentara penghubung [kedua negara] yang ikut dibersihkan atau ditangkap. Tentu saja ini akan menyebabkan sejumlah kemunduran dan mempersulit kerja sama dengan Turki," ujar Clapper kepada
Reuters usai berbicara dalam Forum Keamanan Aspen di Colorado bersama Kepala Komando Pusat AS Jenderal Joseph Votel.
Ditanya apakah tokoh militer Turki yang kerap menjadi penghubung dengan Amerika Serikat turut ditahan, Votel mengatakan, "Ya, saya kira beberapa dari mereka dijebloskan ke penjara."
Votel menyatakan bahwa meski misi serangan udara dari pangkalan udara Incirlik telah kembali normal, dia khawatir soal dampak "jangka panjang" dari percobaan kudeta yang gagal terhadap operasi kontraterorisme.
"Kami sudah pasti memiliki hubungan dengan banyak pemimpin Turki, pemimpin militer khususnya. Saya prihatin soal dampaknya terhadap hubungan kami ketika kami meneruskan kerja sama," ujar Votel.
Selain soal penutupan sementara Incirlik, terdapat "gesekan" lain dalam hubungan AS-Turki yang berdampak kepada misi serangan pimpinan AS terhadap ISIS. Meski demikian, Votel menolak merinci hal ini.
"Kami punya cara untuk mengurangi [gesekan] itu, dan mengelolanya, itu sekarang," katanya.
Turki juga menjadi tuan rumah untuk markas CIA yang mendukung pasukan pemberontak Suriah yang moderat, sejumlah pos pengawas AS dan pos peringatan dini radar ancaman untuk sistem pertahanan rudal Eropa milik NATO.
Presiden Recep Tayyip Erdogan menuding tokoh agama Turki, Fethullah Gulen mendalangi percobaan kudeta yang menewaskan 246 orang dan melukai sekitar 2.000 lainnya. Gulen, yang tinggal dalam pengasingan di Pennsylvania, AS, membantah tuduhan ini.
Turki secara resmi sudah mengajukan permintaan ekstradisi Gulen kepada AS. Menteri Luar Negeri Turki memperingatkan hubungan kedua negara akan terpengaruh jika Gulen tidak diekstradisi.
CNN Turk melaporkan lebih dari 15.000 orang, termasuk sekitar 10.000 tentara, ditahan saat ini karena diduga terkait dengan kudeta dan mendukung Gulen. Sebanyak 8.000 di antaranya kini tengah menunggu persidangan.
(ama/den)