Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama memperingatkan calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, untuk tidak membocorkan informasi intelijen setelah ia mengikuti sesi pemaparan dengan badan intelijen menjelang pemilu November mendatang.
Pada Kamis (4/8) di Pentagon, Obama mengonfirmasi bahwa Trump dan rivalnya, Hillary Clinton, akan mengikuti sesi pemaparan dari Intelijen Nasional AS. Sesi ini akan diikuti oleh kedua capres beserta dengan masing-masing cawapres mereka.
Pemaparan itu akan berisi informasi rahasia yang didapatkan intelijen AS soal berbagai krisis di dunia dan ancaman keamanan. Obama menegaskan informasi yang diberikan Intelijen Nasional AS kepada Trump dan Clinton harus tetap dirahasiakan dari publik.
"Mereka sudah diberitahu bahwa pemaparan ini bersifat rahasia. Dan jika mereka ingin menjadi presiden, mereka harus bersikap seperti presiden, dan itu berarti mereka harus dapat menerima informasi ini tanpa menyebarkannya," ujar Obama, menanggapi pertanyaan wartawan soal kekhawatirannya bahwa Trump akan membocorkan informasi intelijen kepada publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah anggota Republik dan pendukung Trump sebelumnya menyatakan bahwa Clinton seharusnya tidak menerima paparan intelijen, karena tersangkut skandal email ketika ia masih menjabat sebagai menteri luar negeri.
Terkait hal ini, Obama menyatakan, "Kami akan bertindak sesuai hukum, yaitu bahwa, sesuai tradisi dan hukum, jika seseorang menjadi calon presiden mereka akan mendapatkan pemaparan soal situasi keamanan, sehingga jika mereka menang, mereka sudah memiliki persiapan," dikutip dari
Reuters.
Mendukung Clinton, Obama kerap kali terbuka atas ketidaksukaannya terhadap Trump. Obama sebelumnya menyebut Trump tidak layak dan tidak siap menjadi calon presiden AS.
Selasa (2/8) lalu, Obama bahkan mempertanyakan kepada para anggota Partai Republik, mengapa mereka belum juga menarik dukungannya terhadap Trump, capres yang akan memberlakukan pelarangan umat Muslim memasuki AS dan membangun tembok di perbatasan dengan Meksiko.
Obama juga menampik tuduhan Trump belakangan ini, bahwa pemilu AS mungkin saja dapat dicurangi. "Tentu saja pemilu tidak akan dicurangi. Apa artinya? Jika Trump memimpin hingga 10 atau 15 poin pada hari pemilihan dan akhirnya kalah, maka mungkin dia bisa mempertanyakannya. Namun itu belum terjadi," ujar Obama.
Sementara, Trump selalu menyalahkan Clinton dan Obama atas munculnya kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah, yang telah meluaskan pengaruhnya kepada para jihadis di penjuru dunia.
"Kebijakan luar negeri Obama-Clinton memunculkan ISIS, membanjiri Iran dengan uang tunai, dan sekarang memasukkan sejumlah besar pengungsi dan imigran ke Amerika Serikat dari beberapa daerah yang paling tidak stabil di dunia," bunyi pernyataan dari penasihat senior kebijakan untuk Trump, Stephen Miller.
"Tapi semua ini tidak mengejutkan, karena datang dari pemerintahan yang memungkinkan menteri luar negerinya untuk mengancam keamanan negara dengan server email pribadi, menghapus catatan, dan berbohong tentang hal itu kepada kita semua," ujar Miller, menyinggung soal skandal email Clinton.
(ama)