Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump kembali menuai kontroversi dengan pernyataan terbarunya dalam kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat. Kali ini, Trump dianggap menyarankan pembunuhan terhadap rivalnya, Hillary Clinton.
Pernyataan ini disampaikan Trump secara tersirat dalam pidato kampanyenya di North Carolina, dikutip Reuters, Selasa (9/8). Trump mengatakan bahwa para pendukung hak-hak membawa senjata bisa menghentikan Clinton dalam menunjuk Hakim Agung yang bisa mengancam kebebasan kepemilikan senjata api di AS.
"Jika dia memilih hakim, kalian tidak bisa melakukan apa-apa. Walau bagi orang-orang Amandemen Kedua, mungkin ada [bisa melakukan sesuatu], saya tidak tahu," ujar Trump yang disambut kernyit alis para tokoh Partai Republik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang-orang Amandemen Kedua" merujuk kepada para pendukung Konstitusi yang memberikan hak untuk membawa senjata. Dengan pernyataannya ini, seolah Trump mendorong para pemilik senjata untuk "melakukan sesuatu" yang diartikan banyak pihak dengan menembak mati Clinton.
Tidak lama setelah itu muncul tanda pagar #ProtectHillary di Twitter. Dalam waktu dua jam, perkara Amandemen Kedua disinggung oleh 60 ribu orang dan menjadi trending topic di Twitter.
"Ini adalah ancaman kekerasan langsung terhadap rival politik #ProtectHillary #StopTrump," ujar pengguna Twitter dengan nama Kristen's Kulture.
"Setiap orang yang menyarankan pembunuhan pasti diinterogasi, jika tidak ditahan #DangerousTrump #ProtectHillary," tulis Howling Blue di Twitter.
Pasukan pengaman presiden Amerika Serikat, Secret Service, yang juga mengawal Trump dan Clinton jarang berkomentar soal masalah keamanan. Namun untuk kali ini, mereka mengaku telah memantau pidato Trump dan mengatakan "Secret service mengetahui soal komentar itu."
Kubu Clinton dalam akun Twitternya mengatakan bahwa komentar Trump itu "berbahaya."
"Seseorang yang ingin menjadi presiden Amerika Serikat seharusnya tidak menyarankan kekerasan dalam bentuk apa pun," ujar staf kampanye Clinton.
Sementara pihak Trump membantah interpretasi tersebut. Mereka mengatakan bahwa Trump hanya bermaksud mendapatkan suara dari para pendukung Amandemen Kedua. "Ini namanya kekuatan persatuan - orang-orang Amandemen Kedua punya semangat yang menakjubkan dan bersatu, yang memberikan mereka kekuatan politik yang hebat," ujar pihak Trump.
Sebelumnya sebanyak 50 pejabat keamanan nasional AS mengatakan dalam pernyataan bersama Senin lalu bahwa Trump akan menjadi "presiden paling ceroboh dalam sejarah Amerika."
"Dia kurang pengetahuan dan keyakinan soal Konstitusi AS, undang-undang AS dan institutsi AS, termasuk toleransi beragama, kebebasan pers dan independensi pengadilan," ujar mereka.
(den)