Polisi New York Buru Pelaku Pembunuhan Imam Muslim

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 15 Agu 2016 10:52 WIB
Kepolisian New York memburu pelaku pembunuhan seorang imam Muslim dan rekannya saat mereka sedang berjalan pulang dari Masjid Jamik Al-Furqan di Queens.
Polisi merilis satu sketsa wajah tersangka dengan rambut gelap, janggut, dan kacamata. (New York Police Department/Handout via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian New York, Amerika Serikat, pada Minggu (15/8) memburu pelaku pembunuhan seorang imam Muslim dan rekannya saat mereka sedang berjalan pulang dari Masjid Jamik Al-Furqan di Queens sehari sebelumnya, Sabtu (14/8).

Polisi merilis satu sketsa wajah tersangka dengan rambut gelap, janggut, dan kacamata. Polisi merinci, warna kulit pria berusia 30-40 tahunan itu tidak terlalu terang maupun gelap.
Saksi mata mengatakan kepada polisi bahwa mereka melihat pelaku menggunakan kaus berwarna gelap dengan celana pendek biru. Ia membawa pistol di tangannya.

Merujuk pada keterangan resmi kepolisian, pelaku mendekati kedua korban dari belakang dan menembak kepala mereka dari jarak dekat pada sekitar pukul 13.50 waktu setempat di Ozone Park.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Korban yang teridentifikasi bernama Imam Maulama Akonjee dan Thara Uddin saat itu mengenakan pakaian keagamaan. Polisi menemukan korban bersimbah darah di jalan dan membawanya ke rumah sakit, namun keduanya kemudian dinyatakan meninggal dunia.
"Sementara kami belum mengetahui motif pembunuhan Maulama Akonee dan Thara Uddin, kami mengetahui bahwa komunitas Muslim sedang menjadi bidikan abadi dari kefanatikan. Yakinlah bahwa Kepolisian New York akan menyeret sang pembunuh ke hadapan pengadilan," demikian bunyi pernyataan resmi polisi seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, publik mendesak agar polisi lekas mengungkap motif pembunuhan ini. Menurut satu kelompok advokasi dan pemerhati hak asasi manusia, Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR), penembakan ini merupakan serangan paling keras terhadap pemimpin Muslim di negara itu selama beberapa tahun belakangan.
Laporan CAIR dan University of California yang dirilis pada Juni lalu menunjukkan bahwa jumlah insiden yang menarget masjid meningkat menjadi 78 kasus pada 2015. Menurut direktur komunikasi nasional CAIR, Ibrahim Hooper, insiden itu biasanya berupa kontak fisik, pemanggilan nama, atau penganiayaan lainnya.

"Semua hal-hal seperti itu, tapi tidak ada yang sampai seperti ini. Tidak ada orang yang terbunuh," ujar Hooper.

CAIR pun akhirnya menawarkan imbalan sebesar US$10 ribu, atau setara dengan Rp131,1 juta, bagi orang yang dapat memberikan informasi untuk menangkap sang pelaku. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER