Pembelot Elite dari Korut Sudah Punya Jaminan Kerja di Korsel

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 19 Agu 2016 12:04 WIB
Pembelot dari Korea Utara dengan latar belakang cemerlang biasanya sudah memiliki pekerjaan baik yang menantinya ketika tiba di Korea Selatan.
Layaknya 27 ribu warga Korut lainnya yang membelot, Thae juga sudah merasa gerah dengan kemiskinan dan tertutupnya pemerintahan Pyongyang. (Communist Party of Great Britain (Marxist-Leninist)/via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Thae Yong Ho langsung menjadi sorotan publik setelah diplomat senior Korea Utara itu membelot ke Korea Selatan. Belakangan, beredar rumor bahwa ia sudah memiliki jaminan pekerjaan dari badan intelijen Korsel.

Dugaan ini disampaikan oleh beberapa pembelot lainnya setelah mantan Wakil Duta Besar Korut untuk Inggris tersebut tiba di Seoul, Korsel, bersama keluarganya pada Rabu (17/8).

Layaknya 27 ribu warga Korut lainnya yang membelot, Thae juga sudah merasa gerah dengan kemiskinan dan tertutupnya pemerintahan Pyongyang.
Namun bedanya, orang-orang dengan latar belakang baik seperti Thae bisa menjadi aset berharga bagi lembaga think-thank yang dikelola oleh intelijen Korsel untuk membongkar rahasia dari negara setertutup Korut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini pula yang dialami oleh Kim Kwang-jin. Ia membelot bersama keluarganya pada 2003, ketika masih bekerja untuk sebuah perusahaan asuransi Korut di Singapura.

Akhirnya, ia dipekerjakan di lembaga think-thank Institut Strategi Keamanan Nasional (INSS) yang dikelola oleh badan intelijen Korsel (NIS).

"Untuk hidup di sini, semua orang membutuhkan pekerjaan, dan pemerintah Korsel menawarkan pekerjaan kepada orang-orang. Saya diberi kesempatan untuk bekerja di INSS," ujar Kim seperti dikutip Reuters.
Ada pula Choi Ju-hwal, penyandang gelar kolonel dalam angkata bersenjata Korut yang membelot ke Korsel via Hong Kong setelah melakukan perjalanan bisnis dari China pada 1995.

Choi disebut-sebut sebagai pembelot dari kalangan tertinggi dalam lingkup militer Korut. Ia pun dipekerjakan sebagai peneliti di INSS dari 1997-2012 sebelum akhirnya menjadi Kepala Asosiasi Pembelot Korut.

"[Pemerintah] tidak bisa membayar dia [Thae] begitu saja, jadi kemungkinan besar ia diberikan pekerjaan di institut riset," kata Choi merujuk pada INSS.

NIS sendiri hingga kini masih bungkam terkait pembelotan Thae.
Meskipun sudah mendapatkan jaminan pekerjaan baik, pembelot seperti Thae tak serta-merta dapat hidup tenang. Kebanyakan pembelot seperti ini mengganti namanya demi keamanan dan melindungi orang-orang terkasihnya yang masih tinggal di Korut.

Banyak dari mereka berusaha untuk tidak menjadi sorotan publik. Namun, bagi orang-orang yang sudah terlanjur terkenal seperti Thae, Choi memperkirakan, mantan diplomat itu akan berusaha hidup tanpa sorotan setelahnya.

"Dia tidak akan menginginkan kehidupan yang disorot publik karena ia harus memikirkan keamanan keluarganya yang dibawa ke sini. Dengan bungkam, ia orang sekitarnya akan selamat jadi saya pikir ia tidak akan melakukan aktivitas publik," katanya.
Choi sendiri mengaku sangat waspada di dua tahun pertamanya hidup di Korsel. Ia sampai menyewa empat polisi bersenjata untuk melindunginya sepanjang hari. Namun kini, ia sudah menurunkan tingkat perlindungan itu.

Senada dengan Choi, Kim sang mantan pekerja asuransi juga sempat menyewa pengawal bersenjata yang menjaganya 24 jam.

Sementara itu, pembelot biasa lainnya dari Korut harus melalui jalur berbahaya, seperti berenang membelah perairan menuju China, untuk kemudian meminta suaka ke Korsel. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER