Ketika Anak-anak Ingusan Meledakkan Diri

Denny Armandhanu/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 23 Agu 2016 10:14 WIB
ISIS dan kelompok militan lainnya di Timur Tengah dan Afrika menggunakan anak-anak tidak berdosa untuk meledakkan diri.
ISIS dan kelompok militan lainnya di Timur Tengah dan Afrika menggunakan anak-anak tidak berdosa untuk meledakkan diri. (Reuters/Ako Rasheed)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wajah anak berusia belasan itu ketakutan saat polisi kota Kirkuk di Irak meringkusnya hari Minggu lalu. Sabuk peledak seberat 2 kg melingkar di pinggangnya, dia hendak meledakkan diri di dekat sebuah masjid Syiah.

Anak yang diperkirakan berusia antara 11-15 tahun ini bukan yang pertama digunakan sebagai "bom berjalan" oleh kelompok militan, bahkan cara ini kian dipilih untuk menyerang lawan. Dalam ledakan di Turki yang menewaskan lebih dari 50 orang, aparat juga mengatakan pelakunya adalah pengebom bunuh diri anak.

Di Afghanistan, seperti dikutip Reuters, militan Taliban telah lama menggunakan anak-anak sebagai serdadu perang. Pada tahun 2012, remaja berusia 14 tahun meledakkan diri di Kabul yang menewaskan enam orang. Dua tahun kemudian remaja lainnya meledakkan diri di pusat kebudayaan Perancis, juga di Kabul.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Boko Haram di Nigeria menurunkan anak-anak lelaki dan perempuan yang mereka culik untuk menjadi pengebom. Di Irak dan Suriah, aktivis mengatakan ISIS merenggut paksa anak-anak dari kota yang mereka kuasai untuk didoktrin dan dilatih menjadi tentara.

ISIS sering menampilkan anak-anak dalam video-video propaganda mereka. Anak-anak yang dijuluki "Anak Singa Khalifah" ini dilatih menggunakan senjata dan bom. Dalam beberapa video, mereka terlihat melakukan eksekusi mati tawanan.

"Perekrutan anak di kawasan itu meningkat. Anak-anak mengambil peran lebih banyak, mereka dilatih menggunakan senjata berat, menjaga pos pemeriksaan di garis depan, bertugas menjadi sniper, dan dalam kasus yang ekstrem menjadi pengebom bunuh diri,
 kata juru bicara regional UNICEF, Juliette Touma.

Hisham al-Hashimi, penasihat keamanan pemerintah Irak mengatakan ISIS tahun ini telah mengaktifkan Brigadi Pemuda Surga menyusul kekalahan di beberapa wilayah.

"Pemuda paling mudah direkrut untuk misi bunuh diri, terutama saat tengah menderita atau putus asa akibat kehilangan orang tercinta. Mereka juga tidak menarik perhatian dan kecurigaan dibanding orang dewasa," kata Hashimi.
Seorang anak di Kirkuk ditangkap aparat karena membawa bom. (Reuters/Ako Rasheed)
Studi Pusat Pemberantasan Terorisme akademi militer West Point di AS pada Februari lalu menunjukkan setidaknya ada tiga pengeboman bunuh diri yang dilakukan anak-anak ISIS antara Januari 2015 dan 2016.

Taktik ini diikuti oleh kelompok militan di Afrika Barat. PBB mencatat sebuah bom bunuh diri yang diledakkan anak gadis berusia 10 tahun di kota Maiduguri, Nigeria, tahun lalu yang menewaskan 16 orang. Aparat mengatakan saat itu, bahan peledak melingkar di tubuh anak tersebut.

Dalam laporannya bulan April lalu, UNICEF mengatakan serangan yang melibatkan pengebom bunuh diri anak antara 2014 dan 2016 meningkat empat kali lipat di timurlaut Nigeria, basis Boko Haram, dan negara tetangganya seperti Kamerun, Niger dan Chad.

Pada Maret lalu, seorang gadis berusia 12 tahun gagal meledakkan bom di tubuhnya di Kamerun. Kepada polisi dia mengaku diculik Boko Haram di desanya setahun sebelumnya.

Laporan UNICEF menyebutkan, hampir sepertiga pengebom bunuh diri anak adalah perempuan. Dalam enam bulan pertama tahun ini saja, UNICEF mendata ada 38 pengebom anak di Afrika Barat. "Ini adalah hal yang membedakan konflik kali ini," kata Thierry Delvigne-Jean, staf UNICEF di Afrika. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER