Ledakan di Kota Kediaman Presiden Filipina, 10 Orang Tewas

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 02 Sep 2016 23:25 WIB
Saat ledakan terjadi, Presiden Rodrigo Duterte tengah berada di Davao City, namun sang presiden dan keluarganya kini dipastikan dalam kondisi aman.
Ilustrasi ledakan (Ramon Castillo Nava/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia --
Ledakan mengguncang sebuah pasar malam di Davao City, kota kediaman Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Jumat (2/9), menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai puluhan lainnya.

Juru bicara Duterte, Ernesto Abella, menyatakan saat ledakan terjadi, Duterte tengah berada di Davao, namun sang presiden dan keluarganya dipastikan dalam kondisi aman bersama putranya, Paolo Duterte, yang merupakan wakil wali kota Davao City.

Dalam konferensi pers usai ledakan, Paolo Duterte menyatakan sang ayah berada jauh dari lokasi ledakan ketika ledakan terjadi. Paolo juga merinci bahwa 10 orang yang tewas terdiri dari lima pria dan lima wanita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang pejabat polisi menyatakan kepada Reuters bahwa sedikitnya 30 orang dirawat di rumah sakit akibat insiden ini.

Insiden itu terjadi di sebuah pasar malam yang terletak dekat hotel mewah Marco Polo, hotel yang kerap dikunjungi Duterte di Davao. Duterte menampik bahwa serangan itu merupakan upaya pembunuhan terhadap dirinya dan menyatakan bahwa para pengawalnya bekerja untuk mencegah kemungkinan semacam itu. 

Abella mengatakan kepada CNN Philippines bahwa sekitar 60 orang terluka dan 10 orang dipastikan tewas.

Davao City terletak di Mindanao, Filipina selatan. Meski Mindanao dilanda berbagai aksi kekerasan dari kelompok pemberontak Muslim, Davao City merupakan salah satu kota yang dinilai aman. 

Sebelum menjabat sebagai presiden Filipina pada akhir Juni lalu, Duterte menjabat sebagai wali kota Davao City selama 22 tahun. Saat menjabat sebagai wali kota pun, pria 71 tahun ini dikenal keras terhadap pelaku tindak kejahatan serta pengedar narkoba. 

Di bawah pimpinan Duterte, praktik pembunuhan di luar hukum untuk memberantas para pengendar dan pecandu narkoba di Davao diperbolehkan sejak bertahun lalu. Praktik ini mendorong Pelapor Khusus PBB soal Pembunuhan di Luar Hukum mengunjungi kota tersebut dan melakukan investigasi pada 2008 dan 2009, menurut laporan pengamat internasional, Ruben Carranza. 

Praktik pembunuhan di luar hukum kemudian diadopsi secara nasional ketika Duterte menjabat sebagai presiden. Duterte berjanji akan dapat memberantas praktik penyalahgunaan narkotika dalam enam bulan sejak dia dilantik pada 30 Juni lalu.
(ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER