Duterte: Obama Harus Dengarkan Saya Sebelum Bahas HAM

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 31 Agu 2016 15:46 WIB
Duterte mengingatkan Obama untuk mendengarkan dia terlebih dahulu sebelum mengangkat masalah hak asasi manusia saat bertemu di Laos pekan depan.
Duterte mengatakan bahwa Obama seharusnya memahami masalah di Filipina terlebih dahulu sebelum membahas masalah HAM. (Reuters/Erik De Castro)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyatakan bahwa ia siap untuk mendiskusikan apa pun dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, saat bertemu di sela pertemuan ASEAN di Laos pekan depan.

Namun, Duterte mengingatkan Presiden Amerika Serikat tersebut untuk mendengarkan dia terlebih dulu sebelum berbicara masalah hak asasi manusia.

"Mereka harus memahami masalahnya terlebih dulu sebelum berbicara HAM. Saya akan memaksa, 'Dengarkan saya. Masalahnya seperti ini,' baru kami bisa berbicara," ujar Duterte seperti dikutip Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama ini, Washington sudah beberapa kali menyampaikan kekhawatirannya akan pembunuhan terhadap bandar dan pengguna narkoba di Filipina tanpa proses peradilan terlebih dahulu.

Merujuk pada data kepolisian Filipina per Selasa (30/8), sekitar 2.000 orang terkait narkoba tewas dalam operasi polisi dan penembakan oleh oknum lainnya sejak Duterte menjabat pada 30 Juni.

Namun sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Ben Rhodes, mengatakan bahwa Obama diperkirakan bakal membahas hal lain, seperti ketegangan di Laut China Selatan pasca pengumuman hasil Pengadilan Tetap Arbitrase.

Filipina mengajukan gugatan terhadap klaim China yang mencakup 90 persen wilayah Laut China Selatan. Klaim China di jalur perdagangan yang mencapai US$5 triliun per tahun ini tumpang-tindih dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.

Meskipun hasilnya dimenangkan oleh Filipina, China tetap menolak keputusan tersebut, bahkan tak mengakui keberadaan pengadilan itu. China dan Filipina pun akhirnya memutuskan untuk melakukan pembicaraan lanjutan untuk menyelesaikan masalah ini.

Filipina sendiri merupakan sekutu dekat AS. Kedua negara ini bahkan sepakat untuk melakukan patroli bersama di LCS. Namun, relasi China dan AS di Laut China Selatan juga kerap tegang.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Perfecto Yasay mengungkapkan bahwa kesiapan Manila untuk berdiskusi dengan Beijing bukan berarti akan merenggangkan hubungan dengan AS.

"Kami ingin membangun hubungan dekat dengan China. Bukan berarti kami akan melemahkan hubungan kami dengan AS," kata Yasay. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER