Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un mengaku puas atas uji coba peluncuran tiga rudal balitsik terbaru pada awal pekan ini. Kim juga memerintahkan militer Korut untuk terus membangun kekuatan nuklir.
Tiga rudal balistik ditembakkan dari dari wilayah Hwangju barat, sebelah selatan Pyongyang, pada Senin (5/9) pukul 03.00 pagi waktu setempat. Peluncuran rudal ini bertepatan dengan pertemuan sejumlah pemimpin negara pada KTT G20 di China.
Menyebut kinerja roket itu "sempurna," Kantor berita resmi Korut,
KCNA, menyatakan bahwa Kim menyatakan "sangat puas atas berhasilnya uji coba penembakan roket balistik."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
KCNA menyebutkan bahwa Kim turut membimbing latihan militer yang bertujuan untuk memeriksa "kemampuan unit" dan keakuratan "roket balistik yang dikerahkan."
"Dia menekankan perlunya untuk terus membuat prestasi yang luar biasa dan memperkuat kekuatan nuklir satu demi satu di tahun yang bersejarah ini," bunyi laporan
KCNA, Selasa (6/9).
Kementerian Pertahanan Korea Selatan memperkirakan rudal yang diluncurkan adalah rudal jenis Rodong yang meluncur sejauh 1.000 kilometer.
"Peluncuran rudal balistik Korea Utara adalah pelanggaran langsung terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, dan bertujuan memamerkan kemampuan rudal dan nuklirnya selama KTT G20," kata seorang juru bicara Kemenhan Korsel, dikutip dari
AFP.
Sementara, Kemenhan Jepang menyatakan tiga rudal diperkirakan jatuh ke Zona Ekonomi Eksklusif Laut Jepang. Tiga rudal itu diluncurkan tanpa ada peringatan navigasi apapun ke Jepang.
"Kementerian mengungkapkan keprihatinan serius atas peluncuran rudal yang menimbulkan ancaman serius bagi keamanan nasional Jepang," bunyi pernyataan dari kementerian.
Amerika Serikat dan Jepang sudah mengajukan protes terhadap peluncuran rudal Korut tersebut, dan meminta digelarnya pertemuan Dewan Keamanan PBB di New York untuk membahas hal ini.
DK PBB yang berisi 15 negara anggota itu akan mengadakan pertemuan pada Selasa untuk mempertimbangkan tanggapan terbaru yang akan dikeluarkan DK PBB terhadap peluncuran rudal terbaru Korut.
Hanya beberapa jam sebelum rudal diluncurkan, Presiden Korsel Park Geun-hye bertemu Presiden China Xi Jinping di sela KTT G20 di Huangzhou untuk membahas ancaman Korut yang belakangan semakin meningkat. Korsel merupakan musuh utama Korut, sedangkan China adalah sekutu utama pimpinan Kim Jong Un itu.
Park menyatakan kepada Xi bahwa uji coba nuklir dan serangkaian peluncuran rudal balistik Korut tahun ini mengancam perdamaian regional dan menjadi tantangan antara hubungan Korsel dengan China. Xi kemudian menegaskan bahwa China berkomitmen terhadap upaya denuklirisasi di semenanjung Korea.
Sementara itu, Xi mengungkapkan protes terhadap pengerahan sistem anti rudal buatan AS, THAAD, di Korsel. Sistem ini, menurut Korsel dan AS, didesain untuk menghalau ancaman yang meningkat dari Korut.
Park menegaskan bahwa pengerahan THAAD tidak akan mengancam kepentingan keamanan negara lain, dan tidak akan dibutuhkan jika isu nuklir Korut dapat diselesaikan.
Korut dan Korsel sejatinya masih dalam status berperang setelah Perang Korea berakhir pada tahun 1953 dengan gencatan senjata, bukan perdamaian.
(ama/ama)