Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dan calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, meminta Rodrigo Duterte untuk menunjukkan rasa hormat setelah Presiden Filipina itu menyebut Presiden Barack Obama "anak pelacur."
Setelah Duterte melontarkan pernyataan itu, Obama langsung membatalkan pertemuan bilateral yang sebelumnya sudah dijadwalkan akan dilaksanakan di sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Laos pekan ini.
Juru bicara Kemlu AS, Mark Toner, pun menyayangkan pernyataan Duterte dan berharap hal ini tidak merusak hubungan kedua negara di tengah ketegangan kawasan pasca kisruh sengketa wilayah di Laut China Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kata-kata itu penting dan kami ingin melihat atmosfer yang ramah dan terbuka untuk memperkuat kerja sama," ujar Toner dalam jumpa pers di Washington, seperti dikutip
Reuters, Selasa (6/9).
Senada dengan Toner, Clinton selaku mantan Menlu AS yang juga merancang pemetaan kebijakaan luar negeri Obama juga menekankan pentingnya Asia Pasifik bagi AS di tengah meningkatnya pengaruh China di kawasan tersebut. Namun, Clinton menilai keputusan Obama untuk membatalkan pertemuan dengan Duterte sudah tepat.
"Ketika presiden Filipina melecehkan presiden kami, itu tidak pantas dan merupakan cara paling rendah untuk mengatakan, 'Maaf, tak perlu ada pertemuan,'" ucap Clinton kepada para wartawan yang diundang untuk naik jet pribadinya di tengah masa kampanyenya.
Clinton tak menampik bahwa hubungan AS dan Filipina memang sangat kuat dan penting. AS bahkan terus membantu bahkan mengadakan patroli bersama dengan Filipina di tengah kemelut sengketa Laut China Selatan.
"Ada banyak hubungan antara AS dan Filipina. Saya pikir sangat penting bagi kami untuk menjalin hubungan, tapi harus ada tingkat hormat tertentu bagi kedua negara," katanya.
Hubungan AS dan Filipina sudah mulai goyang bahkan ketika Duterte masih menjadi calon presiden. Dalam salah satu pernyataannya, ia pernah mengancam memutus hubungan dengan AS. Duterte juga pernah menyebut Duta Besar AS untuk Filipina sebagai "anak gay dari seorang pelacur."
Puncaknya, Duterte menyebut Obama "anak pelacur" untuk menegaskan bahwa ia tidak akan mau didikte dalam kampanye anti-narkoba yang ia canangkan.
Sejak Duterte naik takhta pada dua bulan lalu, tercatat 2.400 pengedar dan pemakai narkoba tewas, baik itu di tangan aparat maupun anggota geng lainnya tanpa proses hukum.
Banyak pihak mengkritik operasi ini, termasuk Obama. Dalam pertemuan yang dijadwalkan tersebut, Obama pun diperkirakan akan membahas masalah kampanye anti-narkoba itu. Duterte menegaskan bahwa Obama harus mendengarkan argumentasinya terlebih dahulu.
Namun, setelah Obama memutuskan untuk membatalkan pertemuan itu, Duterte melansir pernyataan berbunyi, "Jika penyebabnya adalah komentar saya yang tegas untuk menjawab pertanyaan pers tertentu yang menimbulkan kekhawatiran, kami menyesal jika itu diartikan sebagai serangan pribadi ke Presiden AS."
Tak seperti biasanya, pernyataan Duterte soal penyesalannya diungkapkan dengan nada bicara yang lebih lunak. "Tujuan utama kami adalah untuk menciptakan kebijakan luar negeri yang independen sembari mempromosikan hubungan yang lebih dekat dengan semua negara, terutama Amerika Serikat, mitra kami sejak dulu," bunyi pernyataan Duterte.
Menanggapi pernyataan tersebut, Gedung Putih kemudian mengatakan bahwa Obama mungkin dapat berbincang dengan Duterte secara informal.
(den)