Jokowi: Kemitraan ASEAN-China Harus Wujudkan Keamanan di LCS

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 07 Sep 2016 18:03 WIB
Presiden RI, Joko Widodo, menegaskan bahwa kemitraan antara ASEAN dan China harus mampu mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Laut China Selatan.
Presiden RI, Joko Widodo, menegaskan bahwa kemitraan antara ASEAN dan China harus mampu mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Laut China Selatan. (AFP Photo/Roslan Rahman)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menegaskan bahwa kemitraan antara ASEAN dan China harus mampu mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Laut China Selatan.

“Kemitraan ASEAN dan RRT harus mampu, saya tegaskan, harus mampu berkontribusi terhadap perdamaian, berkontribusi terhadap stabilitas dan berkontribusi terhadap keamanan di Laut China Selatan,” ujar Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-China di Vientiane, Laos, Rabu (7/9).

Jokowi kemudian mengatakan bahwa kontribusi tersebut dapat disumbangkan dengan menghormati hukum internasional, termasuk Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Laut (UNCLOS).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Semua pihak harus dapat menahan diri. Semua pihak harus mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai,” kata Presiden Jokowi di hadapan para pemimpin negara anggota ASEAN dan Perdana Menteri China, Le Keqiang.

Kemelut ini bermula ketika China mengklaim sekitar 90 persen Laut China Selatan, salah satu jalur perdagangan tersibuk dunia yang diyakini kaya minyak dan gas.

Klaim China di jalur perdagangan yang mencapai US$5 triliun per tahun ini tumpang-tindih dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.

Filipina telah mengajukan gugatan terhadap klaim China tersebut ke Pengadilan Tetap Arbitrase. Meskipun hasilnya dimenangkan oleh Filipina, China tetap menolak keputusan tersebut, bahkan tak mengakui keberadaan pengadilan itu.

Jokowi pun mendorong agar Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (DOC) diimplementasikan secara penuh dan efektif. Selain itu, Code of Conduct (COC) yang hingga kini masih dibahas pun harus segera dirampungkan.

“CoC (Code of Conduct) harus segera diselesaikan karena Kawasan Laut China Selatan tidak boleh menjadi ‘power projection’ kekuatan-kekuatan besar,” kata Jokowi seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima CNN Indonesia.

Sementara CoC masih terus digodok, ASEAN dan China akan meresmikan hotline dan mengadopsi protokol komunikasi untuk menghindari potensi konfrontasi antar-kapal angkatan laut di perairan sengketa Laut China Selatan.

Seorang senior Angkatan Laut Filipina menganggap protokol bertajuk Code for Unplanned Encounters at Sea (CUES) ini sangat penting karena satu kecelakaan di perairan dapat memicu konfrontasi lebih jauh di kala situasi di Laut China Selatan memang sudah tegang.

Jokowi pun menyambut baik dan mendorong implementasi CUES dan penggunaan Hotline antara Pejabat Tinggi terkait Tanggap Darurat Maritim di Laut China Selatan.

“Saya yakin konsistensi implementasi CUES dan HOTLINE akan berkontribusi bagi perdamaian dan stabilitas keamanan di Laut China Selatan,” katanya.

Lebih jauh, Jokowi mendorong ASEAN dan China untuk memajukan stabilitas di Laut China Selatan yang merupakan jalur utama perdagangan dan maritim di kawasan tersebut guna menjamin kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, Jokowi mendorong agar negara terkait mulai mengimplementasikan kesepakatan ‘East Asia Summit Statement on Enhancing Regional Maritime Cooperation’ yang telah disepakati tahun 2015.

“Perlu dijadikan prioritas, perlu dilakukan secara serius sehingga rasa saling percaya di kawasan akan terus meningkat,” ucap Jokowi. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER