Jakarta, CNN Indonesia -- Harian resmi pemerintah China,
People's Daily, pada pekan ini menyebutkan bahwa Amerika Serikat tak punya kewenangan untuk mendikte China agar dapat mengekang kekuasaan Korea Utara, di tengah memanasnya situasi di Semenanjung Korea sejak awal tahun ini.
Laporan yang dipublikasikan di harian itu pada Rabu (14/9) juga menyebutkan bahwa AS merupakan negara pembuat onar, dan ketegangan di kawasan tersebut merupakan akibat langsung dari berbagai tindakan AS.
Meski China mengaku geram atas uji coba nuklir kelima dan yang terbesar yang dilakukan Korea Utara pekan lalu, Negeri Tirai Bambu itu juga menuding AS melakukan tindakan provokatif di kawasan, yakni dengan mengerahkan sistem pertahanan anti-rudal canggih, Terminal High Altitude Terminal Defence (THAAD) di Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AS dan Korsel selama ini berdalih bahwa THAAD dikerahkan untuk menghalau ancaman serangan nuklir dari Korut yang meningkat belakangan ini.
China merupakan sekutu terbesar dan mitra dagang terpenting Korea Utara. Meski menyetujui sejumlah sanksi dari Dewan Keamanan PBB terhadap Korut, China menolak untuk sepenuhnya menghapus kerja sama ekonomi dengan Korut, dengan dalih khawatir akan kesejahteraan rakyat di negara pimpinan Kim Jong Un itu.
AS menilai China belum berbuat cukup banyak untuk menekan Korut agar mengehentikan program nuklirnya. Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, pekan lalu bahkan merinci tindakan yang seharusnya diambil China terhadap Korut.
AS menilai China belum berbuat cukup banyak untuk menekan Korut agar mengehentikan program nuklirnya. Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, pekan lalu bahkan merinci tindakan yang seharusnya diambil China terhadap Korut.
Dalam media milik Partai Komunis yang berkuasa itu, China menuding bahwa AS bersikap berpura-pura seolah tidak turut melakukan tindakan yang berkontribusi terhadap ketegangan di kawasan, dan hanya menyalahkan negara lain.
"Publik kini punya alasan untuk meragukan apakah Washington bersedia melakukan upaya untuk mendorong isu Korea Utara ke arah resolusi," bunyi laporan surat kabar itu, dikutip dari
Reuters.
"Setelah Korea Utara melakukan uji coba nuklir keempat pada awal tahun, Amerika Serikat tidak ragu-ragu untuk membuat situasi keamanan menjadi lebih tegang di semenanjung [Korea], tidak ragu-ragu untuk merugikan kepentingan keamanan strategis negara-negara regional, dan sangat mendorong penyebaran THAAD di Korea Selatan," bunyi laporan itu.
"Amerika Serikat semakin jarang melakukan tindakan yang mempertimbangkan kepentingan publik dalam urusan internasional, namun semangatnya untuk berbuat onar tidak berkurang sedikitpun", bunyi komentar di harian tersebut atas nama pena "Zhong Sheng", yang berarti "Suara dari China," yang sering memberikan pandangan tentang kebijakan luar negeri.
Harian itu menambahkan bahwa Korea Utara merupakan akibat dari sikap "kurang ajar" Washington dalam memprovokasi masalah di Laut China Selatan, dengan mengaku menjadi "pelindung aturan."
"China geram dengan patroli yang disebut "kebebasan navigasi" yang dilakukan AS di Laut China Selatan, yang membuat China terjebak dalam perselisihan dengan beberapa negara Asia Tenggara," bunyi laporan itu.
Harian itu juga menyebutkan bahwa Amerika Serikat merupakan "hambatan yang sangat besar" terhadap resolusi masalah nuklir Korea Utara.
"Amerika Serikat perlu secara serius melihat kembali situasi yang berkembang akibat masalah nuklir di semenanjung Korea, dan benar-benar berpikir soal metode resolusi efektif dan memikul tanggung jawab tersebut," ujar harian tersebut.
(ama)