Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman dilaporkan memerintahkan boikot terhadap seorang utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa, Nickolay Mladenov, yang sebelumnya mengkritik pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat.
Hingga saat ini, Lieberman dan Mladenov masih bungkam. Namun stasiun televisi Israel, Channel 2, melaporkan bahwa Lieberman memerintahkan karyawan kementeriannya dan juga pejabat militer untuk menghindari hubungan dengan Mladenov yang menjabat sebagai koordinator utusan khusus PBB untuk proses perdamaian di Timur Tengah.
Seorang pejabat dari kantor Mladenov mengatakan bahwa utusan khusus itu sedang berada di New York pada Kamis (15/9) untuk menghadiri rapat Dewan Keamanan PBB. Selandia Baru sebagai pihak yang memegang kekuasaan sebagai Ketua DK PBB bulan ini pun memberikan tanggapan.
Menteri Luar Negeri Selandia Baru Murray McCully mengaku khawatir dengan keputusan Lieberman ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tindakan ini, yang dilaporkan diambil untuk menanggapi koordinator khusus yang menjalankan tugas yang kami minta, sangat kontra-produktif," kata McCully seperti dikutip
AFP.
Kisruh ini bermula pada Agustus lalu, ketika Mladenov mengkritik Israel karena terus melakukan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat.
Dalam laporannya, Mladenov mengatakan bahwa seruan Kuartet Perdamaian Timur Tengah untuk penghentian pembangunan itu pun diabaikan oleh Israel. Kuartet tersebut terdiri dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Rusia.
"Rekomendasi itu terus diabaikan, termasuk dengan pengumuman mengenai pembangunan oleh orang Israel dan penghancuran terus menerus," kata Mladenov di hadapan DK PBB.
Laporan Kuartet ini dipakai sebagai basis penguat upaya proses perdamaian antara Israel dan Palestina yang tersendat sejak inisiatif perdamaian oleh AS gagal dilaksanakan pada April 2014 lalu.
Pembangunan permukiman Yahudi ini dianggap sebagai salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi proses perdamaian ke depannya.
Sejak 1 Juli lalu, Israel menggencarkan upaya mereka untuk mewujudkan rencana pembangunan 1.000 rumah dengan mencaplok wilayah timur Yerusalem dan 735 unit tambahan di Tepi Barat.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyanggah segala tuduhan yang diarahkan kepadanya dan mengatakan bahwa pembangunan itu dilakukan berdasarkan hubungan sejarah antara Yahudi dengan tanah tersebut.
(stu)