Jakarta, CNN Indonesia -- Sebelum namanya dikenal sebagai dalang peledakan di New York dan New Jersey, keluarga Ahmad Rahami dikenal para tetangga karena beberapa kali perselisihan kecil terkait restoran ayam goreng mereka.
Rahami, 28, merupakan warga naturalisasi AS yang lahir di Afghanistan.
Teman-teman SMA-nya mengenal Rahami sebagai “badut kelas”, karena kerap melucu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Badut kelas, pria yang sangat lucu dan baik,” kata teman sekelasnya Hakeen Ezzouhairy.
Rahami kemudian mengambil jurusan hukum pidana di Middlesex County, New Jersey pada 2010-2012, namun tak menyelesaikan kuliahnya.
Baru-baru ini, dia aktif dalam komunitas Islam, dan seorang temannya mengatakan Rahami mengunjungi kampung halamannya beberapa tahun lalu.
Salaam Ismial, seorang pekerja sosial di Masjid Al-Hadi di Elizabeth, mengaku ia melihat Rahami dalam banyak acara dalam setahun terakhir.
“Itu bukan Islam dan itu bukan Muslim,” kata Ismial soal peledakan. “Seorang Muslim yang baik akan mengutuk kekerasan ini.”
Rahami ditangkap pada Senin kemarin, setelah baku tembak dengan polisi yang mengakibatkan ia dan dua petugas terluka. Baku tembak terjadi di Linden, dekat Elizabeth, sekitar 32 km dari New York City.
Selain dalang peledakan di New York, Rahami juga merupakan tersangka pengeboman di New Jersey pada hari yang sama, Sabtu lalu.
Rahami tidak termasuk dalam daftar kontraterorisme AS, menurut sumber
Reuters. Namun keluarganya diketahui oleh Wali Kota Chris Bollwage, karena beberapa kali keluhan sejak 2008, karena kebisingan di restoran mereka di wilayah komersial Elizabeth.
“Tersangka tidak dalam radar penegak hukum, namun tempat ayam goreng…yang dimiliki oleh keluarganya, kami punya beberapa masalah dan keluhan kebisingan,” kata Bollwage.
Media lokal juga melaporkan bahwa Rahami pernah bermasalah dengan hukum karena kepemilikan senjata dan menikam seseorang dalam persoalan domestik. Ia menghabiskan tiga bulan di penjara namun tak pernah didakwa.
Pada 2008 dan 2012, ia pernah dipenjara karena tidak membayar denda pelanggaran lalu lintas dan melanggar perintah penahanan.
Mohammad Rahami, mengatakan dalam wawancara dengan
MSNBC bahwa ia tidak menyadari anaknya merencanakan pengeboman.
“Saya tak tahu apa yang terjadi, sebenarnya,” kata dia. “Sangat sulit untuk berbicara saat ini.”
Sementara itu,
CNN dan beberapa media lain melaporkan bahwa ia beberapa kali mengunjungi Afghanistan dan Pakistan dalam beberapa tahun terakhir, namun belum bisa dipastikan berapa kali.
Seorang teman lama Rahami, Flee Jones, mengatakan bahwa Rahami pergi ke Afghanistan beberapa tahun lalu dan kemudian mulai menumbuhkan janggut dan memakai pakaian religius.
“Ia jadi lebih religius,” kata Jones. “Saya tak mengenal ia sebagai seseorang yang akan melakukan sesuatu seperti ini.”
Jones mengatakan saat remaja ia dan Rahami sering bermain basket dan menghabiskan waktu di restoran milik keluarga Rahami.
“Ia sering memperbolehkan kami nongkrong di dalam dan bernyanyi rap,” kata dia.
(stu)