Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga polisi Thailand tewas dan dua lainnya terluka akibat serangan bom dan penembakan di Yala pada Jumat (23/9), provinsi di selatan Thailand yang selama ini ini menjadi markas kelompok separatis Muslim.
Letnan Kolonel Chamnan Bhutpakdee memaparkan kepada
Reuters bahwa serangan terjadi ketika salah satu dari dua truk pikap polisi Thailand tiba-tiba meledak akibat bom yang ditempatkan di sisi jalan.
"Para penyerang meledakkan bom saat truk itu lewat, langsung menyebabkan tiga petugas tewas," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama berselang, sejumlah militan kemudian melepaskan serentetan tembakan ke arah truk pikapkedua, menyebabkan dua petugas terluka. Chamnan menyebut bahwa salah satu petugas kini dalam kondisi kritis.
Yala, merupakan salah satu provinsi di wilayah selatan Thailand yang kerap disebut sebagai markas kelompok separatis Muslim, seperti juga Pattani dan Narathiwat.
Serangan itu terjadi hanya sebulan setelah serangkaian bom di tiga wilayah wisata utama di Thailand yang menewaskan empat orang dan melukai puluhan lainnya. Serangkaian serangan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa kelompok separatis kini menargetkan turis di sejumlah destinasi wisata di Negeri Gajah Putih itu.
Berbagai aksi pemberontakan telah melanda wilayah yang dihuni etnis Melayu itu selama puluhan tahun, dan mulai kembali intensif pada 2004. Sejak itu, lebih dari 6.500 warga tewas, menurut laporan kelompok pemantau Deep South Watch.
Sementara, dalam laporan lembaga think-tank International Crisis Group (ICG) pekan ini disebutkan bahwa serangan sepanjang Agustus lalu menunjukkan "pergeseran dan keputusan yang jelas untuk memperluas konflik" yang umumnya hanya terjadi di tiga provinsi selatan Thailand itu.
Perundingan damai dengan kelompok pemberontak sebenarnya telah dimulai pada 2013 lalu, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra. Namun, perundingan terhenti ketika kudeta militer pada 2014 menggulingkan pemerintahan Yingluck, dan berkuasa hingga saat ini.
Awal bulan ini, perundingan antara kelompok separatis dan perwakilan pemerintah Thailand kembali digelar pada awal bulan ini di Malaysia. Namun, perundingan itu tidak menghasilkan kesepakatan apapun.
ICG menilai bahwa pemerintah Thailand hanya tertarik pada "dialog yang kosong" dan menentang setiap pengalihan kekuasaan. Sementara, kelompok pemberontak pun tidak memberikan pilihan agar upaya perdamaian terus berlanjut.
Alhasil, perundingan hanya menghasilkan jalan buntu, dan kedua belah pihak merasa perlu melakukan tindakan sepihak, utamanya setelah serangkaian serangan bom pekan lalu.
Thailand mengusulkan pembangunan tembok sepanjang 64 km di perbatasan selatan agar kelompok pemberontak tak mampu menyusup ke Thailand dan Malaysia. Para pakar menilai militan kerap kali bolak-balik ke kedua negara ini untuk menyusun dan merencanakan serangan.
(ama/den)