Eks Presiden Israel Shimon Peres Kritis, Kerabat Sambangi RS

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 28 Sep 2016 07:41 WIB
Mantan presiden Israel dan peraih Nobel Perdamaian, Shimon Peres, dikabarkan kritis di rumah sakit akibat terserang stroke dua pekan lalu.
Mantan presiden Israel dan peraih Nobel Perdamaian, Shimon Peres, dikabarkan kritis di rumah sakit akibat terserang stroke dua pekan lalu. (Reuters/Muhammad Hamed)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keluarga dan kerabat dekat mantan presiden Israel Shimon Peres berkumpul di rumah sakit pada pekan ini, menyusul laporan media bahwa kondisi peraih Nobel Perdamaian itu kian memburuk dan dalam kondisi kritis.

Peres, 93, dirawat di rumah sakit setelah terserang stroke berat sejak dua pekan lalu. Kondisinya dilaporkan sempat membaik sebelum kemudian kritis pada Selasa (27/9), menurut laporan berbagai media Israel.

Juru bicara rumah sakit tempat Peres dirawat mengungkapkan kepada Reuters bahwa kondisi kesehatan Peres "tetap kritis, dan mengancam hidupnya. Dia tiba dua peka lalu, dan saat itu kami lebih optimistis. Tapi kini, seiring waktu belum ada perbaikan, sehingga optimisme kami berkurang."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Selasa, terlihat Menteri Dalam Negeri Israel, Aryeh Deri dari Partai ultra-ortodoks Shas mengunjungi Peres di rumah sakit. "Kami mendengar (dari dokter) kondisi kesehatannya yang kritis dan memburuk, dan kita semua berdoa. Kita biasa melihat seorang Shimon yang aktif dan bersemangat," ujarnya hampir menangis.

Anggota keluarga Peres juga terlihat tiba di rumah sakit, namun menolak untuk berkomentar soal kondisi kesehatan Peres.

Peres, merupakan negarawan terkemuka Israel dan tokoh yang tak dapat dipisahkan dari berdirinya negara itu pada 1948. Dalam rentang karir hampir 70 tahun di pemerintahan, Peres menjabat di puluhan kabinet dan dua kali menjabat sebagai perdana menteri dari Partai Buruh.

Ia berbagi penghargaan Nobel Perdamaian dengan mendiang mantan perdana menteri Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina Yasser Arafat, karena ketiganya berhasil mencapai kesepakatan untuk berdamai melalui Perjanjian Oslo pada 1993, meski kesepakatan itu hingga kini belum menjadi sebuah perjanjian damai.

Menyusul pembunuhan Rabin pada 1995, karier politik Peres terus meroket, dengan menjabat sebagai pelaksana perdana menteri merangkap pelaksana menteri pertahanan selama tujuh bulan hingga pemilu tahun 1996. Ia mencoba menggunakan momentum pemilu untuk mengedepankan upaya perdamaian Israel-Palestina.

AFP mencatat, Peres aktif di dunia politik, meneruskan jabatan sebagai menteri luar negeri, dan kemudian terpilih sebagai perdana menteri selama dua periode. Ia terpilih menjadi presiden dari 2007-2014. Selama di dunia politik, Peres tetap mengupayakan perdamaian Palestina-Israel, namun upaya Peres seakan tak bergigi karena pemerintahan Israel seperti tak berniat melanjutkan proses perdamaian. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER