Skandal Trump Dinilai Tak Banyak Pengaruhi Dukungan Republik

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Minggu, 16 Okt 2016 12:10 WIB
Pengamat politik dari Universitas Notre Dame AS menilai bahwa skandal cabul Donald Trump tak akan banyak mempengaruhi dukungan Partai Republik terhadapnya.
Donald Trump menyebut rekaman itu hanya omongan belaka dan bersumpah ia tak pernah melecehkan wanita, pada debat kedua capres pada akhir pekan lalu. (Reuters/Jim Young)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat politik dari Universitas Notre Dame Amerika Serikat, Nathanael Gratias Sumaktoyo, menilai bahwa bocoran rekaman perkataan cabul calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang beredar luas tidak akan banyak mempengaruhi dukungan Partai Republik terhadapnya.

Skandal cabul Trump terungkap melalui rekaman suara pada pekan lalu, yang menunjukkan taipan real-estate itu melontarkan perkataan cabul dan bersifat merendahkan soal wanita. Trump menyebut rekaman itu hanya omongan belaka dan bersumpah ia tak pernah melecehkan wanita, pada debat kedua capres pada akhir pekan lalu.

Namun pada pekan ini, dua wanita mengungkapkan pengalaman memalukannya kepada media AS, New York Times, bahwa mereka pernah dilecehkan oleh capres dari Partai Republik itu.  Skandal cabul ini membuat sejumlah politisi Republik, termasuk John McCain, Senator Arizona meradang.

Namun, Nathanael berpendapat bahwa skandal itu hanya berpengaruh pada sebagian kecil anggota partai khususnya bagi politisi-politisi Partai Republik yang moderat.

“Ya (skandal rekaman) berpengaruh tapi di antara para pendukung partai Republik yang moderat. Kalau pendukung yang hard core yang sudah benar-benar disasar Trump dan memilih dirinya, sepertinya sudah hampir tidak berubah,” ujar Nathanael dalam sebuah diskusi bertajuk The Race to the White House, di @America pada akhir pekan ini.

Nathanael berujar, pemberitaan miring dan buruk tidak lantas mempengaruhi dukungan Partai Republik kepada Trump. Hal ini karena Partai Republik cenderung membiaskan segala informasi dan pemberitaan buruk.

Nathanael menyatakan, jarang sekali anggota partai yang merubah pilihannya bagi suatu kandidat jika hanya terkait pemberitaan dan informasi buruk yang beredar di publik.

“Berita buruk dianggap bias dan pemberitaan baik dipertimbangkan sebagai jaminan (kandidat itu) bisa memimpin dengan baik,” kata Nathanael.

Kesempatan Emas Clinton

Di luar pendukung Trump, pembicaraan cabul Trump yang melecehkan wanita itu akan mempengaruhi citra dan elektabilitasnya bagi warga yang memang belum menentukan dukungannya bagi calon presiden AS.

Menurut Nathanael, beredarnya rekaman percakapan itu kemungkinan besar mendorong para pemilih yang belum menentukan pilihan mereka, atau biasa disebut undecided voters, untuk cenderung memilih Hillary Clinton dari Partai Demokrat.

“Akan sulit bagi Trump memikat para undecided voters untuk mendukung dirinya. Para undecided voters itu akan beralih ke Clinton menurut saya,” kata Nathanael.

“Ini bisa jadi peluang Clinton. Indikator seorang pemilih itu biasanya kalau bukan karena antusias dengan kandidat yang dia pilih, berarti dia sangat membenci saingannya itu,” ujarnya menambahkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER