Jakarta, CNN Indonesia -- WikiLeaks kembali membocorkan sejumlah email dari akun ketua tim kampanye calon presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton, kali ini mengungkapkan kutipan tiga pidato berbayar yang dilakukan Clinton untuk firma keuangan Goldman Sachs, pada akhir pekan ini.
Kutipan pidato Clinton, yang termuat dalam email milik ketua kampanyenya, John Podesta, menunjukkan bahwa mantan menteri luar negeri AS itu berkomentar soal peran Wall Street dalam sejumlah kebijakan keuangan AS, hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan berbagai pengaruh akibat bocoran WikiLeaks terhadap kebijakan luar negeri AS.
Bocoran WikiLeaks mengungkapkan bahwa dalam pidatonya pada Oktober 2013 untuk Goldman Sachs, Clinton menyebutkan harus ada sesuatu yang dilakukan agar tidak ada pelanggaran Wall Street "untuk alasan politik."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harus ada yang dilakukan unruk alasan politik, jika Anda seorang anggota Kongres dan warga di daerah pemilihan Anda kehilangan pekerjaan dan menutup bisnis mereka serta publik menyatakan bahwa semua itu kesalahan Wall Street, Anda tak bisa duduk diam dan tak melakukan apa-apa," kata Clinton, dikutip dari
CNN, Sabtu (15/10).
Clinton kerap melakukan pidato berbayar untuk Goldman Sachs setelah dia tak lagi menjabat sebagai menteri luar negeri AS pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama dan sebelum mencalonkan diri sebagai presiden AS dari Partai Demokrat.
Pidato berbayar Clinton tersebut menjadi sorotan dalam kampanye saingannya dari Demokrat pada masa pemilu primer, Bernie Sanders, yang menilai Clinton tak dapat diandalkan dalam mengatur perusahaan yang telah membayarnya untuk berpidato.
Sementara, rival Clinton dalam perebutan kursi Gedung Putih, Donald Trump, terus menyerang Clinton dengan mengingatkan publik bahwa Clinton menggunakan server email pribadi ketika menjabat sebagai menlu, bertentangan dengan kebijakan pemerintah AS.
Sementara, tim kampanye Clinton menolak mengonfirmasi keaslian kutipan pidato Clinton tersebut, menurut laporan
CNN.
Namun, tim kampanye Clinton selama ini kerap menuding pemerintah Rusia berada di balik pembocoran email oleh WikiLeaks maupun peretasan lain yang menyerang Komite Nasional Demokrat beberapa bulan lalu. Clinton dan pemerintah AS menilai WikiLeaks dan Rusia berupaya membantu kampanye Trump.
(ama)