Kisah ABK WNI Empat Tahun Disekap Perompak Somalia

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Senin, 31 Okt 2016 18:14 WIB
Sudirman dan Supardi, dua dari empat ABK WNI yang dibebaskan dari perompak Somalia, menceritakan sulitnya hidup dalam penyekapan selama lebih dari empat tahun.
Satu dari empat sandera yang dibebaskan, Adi Manurung bertemu keluarganya pada acara serah terima empat sandera perompak Somalia di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (31/10). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sudirman, 34, tidak pernah menyangka nasibnya sebagai seorang awak buah kapal pemancing ikan akan sesulit yang ia jalani.

Bersama empat ABK lainnya asal Indonesia, yakni Adi Manurung, Eslon Pesireron, Supardi, dan Nasirin, ia termasuk dalam 29 pelaut yang disandera oleh perompak Somalia sejak Maret 2012 lalu. Selama kurang lebih 4,5 tahun mereka disekap, tiga di antaranya bahkan meregang nyawa dalam sekapan, termasuk Nasirin, ABK asal Cirebon.

Penyanderan dimulai pada 26 Maret 2012, ketika kapal ikan Taiwan berbendera Oman, Naham 3, sedang berlayar di perairan Seychelles, sebelah barat Somalia. Sekitar pukul 02.00 pagi waktu setempat, Sudirman bersama ABK lainnya dikejutkan dengan suara tembakan yang mengarah ke kapalnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dini hari setelah kami selesai bekerja, kami dengar suara tembakan membabi-buta yang menghantam nahkoda kapal hingga tewas," ucap Sudirman ketika ditemui di Jakarta, Senin (31/10), usai bertemu kembali dengan keluarganya.

Sudirman menuturkan bahwa setelah para penyandera berhasil melumpuhkan Kapal Naham, mereka tidak langsung mengarahkan kapal ke daratan. Pria berusia 24 tahun itu pun pasrah, menyadari bahwa peristiwa malam itu akan menyulitkannya untuk bisa pulang ke Medan. Bahkan, kecil kesempatannya bisa kembali pulang ke tanah airnya dengan selamat.

Selama kurang lebih 4,5 tahun, Sudirman bersama 27 ABK lainnya hidup di bawah sekapan perompak Somalia yang hingga kini tidak diketahui identitasnya. Selain dari Indonesia, para ABK yang disekap itu berasal dari China, Filipina, Taiwan dan Vietnam.

Sudirman memaparkan bahwa kehidupan para sandera jauh dari layak. Selama dalam penyanderaan, mereka tak diperlakukan seperti manusia. Setiap hari, para sandera hanya diberi makan roti dengan kualitas seadanya dengan satu gelas air bersih untuk minum.

Selama 1,5 tahun pertama, puluhan sandera itu hidup di atas kapal bersama perompak. Memasuki tahun kedua, para ABK kemudian dipindahkan ke tempat rahasia di wilayah Hobyo dan Budbud, yang berjarak sekitar 287 kilometer dari ibu kota Mogadishu.

"Kami hanya diberi roti basi pada pagi hari, dan tidak diberi makan pada siang hari. Karena susah air, untuk minum kita ambil dari penampungan yang telah bercampur kotoran unta dan kambing," tutur Sudirman.

Berburu tikus

Untuk bisa mendapatkan lauk pauk, lanjut Sudirman, para sandera harus bisa memburu binatang liar yang hidup di sekitar lokasi tanpa sepengetahuan para penyandera. Tak jarang, mereka terpaksa memburu dan memakan tikus atau kucing liar hanya untuk makan.

(CNN Indonesia/Safir Makki)Keempat ABK WNI baru dapat kembali ke pelukan keluarga masing-masing pada Senin 
(31/10), karena harus menjalani proses pemeriksaan kesehatan dan pemulihan. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Tindakan itu penuh risiko, karena jika ketahuan memburu binatang, para sandera akan disekap dan diikat sehingga tidak bisa beraktivitas. Tak jarang, para perompak juga menyiksa dan memberikan hukuman, bahkan menembak sandera yang nekat melawan. Salah satu ABK yang ditembak berasal dari Kamboja, menurut pengakuan Sudirman.

"Lalu kami (para ABK) kompak mogok makan. Kami katakan kepada mereka (perompak), 'Biar kami mati di sini. Tidak usah pulang dan penyandera tidak akan dapat apa-apa,'" tutur Sudirman.

Mengikis Iman

Penyanderaan ini, bagi Sudirman, memupuskan mental dan keimanannya. Selama disekap, Sudirman merasa Tuhan tidak benar-benar menjaga dirinya. Ia selalu mempertanyakan mengapa harus dirinya yang mengalami kejadian kelam seperti ini.

Kisah ABK WNI Empat Tahun Disekap Perompak SomaliaEmpat ABK WNI yang dibebaskan termasuk dari 29 pelaut yang disandera oleh perompak Somalia sejak Maret 2012 lalu. (CNN Indonesia/Safir Makki)
"Jujur, penyanderaan ini mengikis keimanan saya. Namun, dengan pembebasan ini ternyata Tuhan masih sayang dengan saya. Saya sangat bersyukur," ucap Sudirman.

Namun rekan ABK lain yang disandera, Supardi, justru mengaku imannya terasa lebih kuat karena terus mendekatkan diri kepada Tuhan. Selama disekap, Supardi tak pernah meninggalkan ibadah dan bahkan berpuasa di bulan Ramadan selama di Somalia.

"Saya selalu berusaya menguatkan [iman] saya dengan teman-teman lain bahwa pasti ada jalan keluar yang baik untuk kita (para ABK) saat berada di sana,” ucap Supardi.

Ada satu peristiwa membekas yang tak akan pernah dilupakan Supardi dalam penyekapan, yakni ketika melihat temannya sendiri, Nasirin, tewas karena sakit. Supardi, bersama Sudirman dan dua WNI lainnya, harus melihat Nasirin tersiksa karena penyakitnya hingga akhir hayatnya.

“Sebelum meninggal, dia (Nasirin) sakit panas dan dingin serta kerap meminta air karena kehausan. Kami tidak bisa berbuat banyak di sana untuk membantunya. Itu yang membuat saya sangat terpukul,” kata Supardi.

Empat ABK WNI berhasil dibebaskan dari perompak Somalia oleh tim penyelamat pada Sabtu (22/10) lalu. Keempatnya baru dapat kembali ke pelukan keluarga masing-masing pada Senin (31/10) karena harus menjalani proses pemeriksaan kesehatan dan pemulihan. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER