FBI Diam-diam Selidiki Hubungan Trump dan Rusia

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Rabu, 02 Nov 2016 06:59 WIB
Selama sekitar satu tahun, FBI telah memeriksa mantan ketua kampanye Trump, Paul Manafort, dan hubungannya dengan sejumlah tokoh pro-Putin di Ukraina.
Selama sekitar satu tahun, FBI telah memeriksa mantan ketua kampanye Trump, Paul Manafort, dan hubungannya dengan sejumlah tokoh pro-Putin di Ukraina. (Reuters/Jonathan Ernst)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan investigasi federal Amerika Serikat (FBI) tengah melakukan beberapa penyelidikan soal dugaan keterkaitan antara calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, dan negara rival utama AS, Rusia. Namun, penyelidikan yang berjalan rahasia ini tidak menemukan bukti bahwa kedua pihak memiliki keterkaitan kriminal.

Penyelidikan ini sejalan dengan investigasi soal peretasan dokumen Partai Demokrat yang diduga dilakukan oleh mata-mata yang dipekerjakan oleh pemerintah Rusia. Pemerintah AS telah meluncurkan tuduhan resmi bahwa Rusia berusaha mempengaruhi pilpres AS yang akan digelar pada 8 November mendatang, dan diduga membantu memenangkan Trump.

Meski demikian, tudingan terhadap Rusia itu tidak serta merta termasuk peretasan ribuan email ketua tim kampanye Clinton, John Podesta atau upaya untuk meretas data pemilih yang telah terdaftar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

FBI menutup rapat soal investigasi keterkaitan Trump dengan Moskow. Menurut laporan CNN, tak hanya Trump yang diselidiki, namun juga tim kampanye dan para pendukung taipan real-estate ini.

Selama sekitar satu tahun terakhir, FBI telah memeriksa mantan ketua kampanye Trump, Paul Manafort, dan hubungannya dengan sejumlah tokoh pro-Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina. Penyelidikan itu juga dilakukan terhadap sejumlah perusahaan lobi di Washington yang terlibat dengan panggung politik di Ukraina, termasuk Podesta Group, perusahaan dari Tony Podesta, kakak dari John Podesta.

FBI juga menyelidiki sejumlah pertemuan antara mantan penasihat Trump, Carter Page, dengan sejumlah tokoh di Rusia yang termasuk dalam daftar yang dijatuhkan sanksi oleh AS. Page membantah memiliki hubungan dengan sejumlah tokoh itu dan menyalahkan Demokrat atas tudingan ini.

"[Penyelidikan] itu sangat salah, saya bahkan tak tahu harus berkata apa. Sekali lagi, penyelidikan itu merupakan ulah kampanye Clinton," kata Page.

FBI juga menyelidiki Roger Stone, seorang pendukung Trump, yang diduga memiliki koneksi dengan WikiLeaks, pembocor data Partai Demokrat.

Tuduhan terhadap Stone bermula dari klaim Demokrat bahwa ia bekerja sama dengan pendiri WikiLeaks, Julian Assange untuk mengkoordinasikan ribuan email yang diretas dari pejabat Partai Demokrat.

Oktober lalu, Stone menyatakan kepada NBC News bahwa ia dan Julian Assange memiliki "lingkar pertemanan yang sama" dan dapat "berkomunikasi dengan WikiLeaks." Meski demikian, ia membantah tuduhan bersekongkol atau berkoordinasi dengan WikiLeaks.

"Mereka [WikiLeaks] tentu saja tidak memberitahu saya terlebih dahulu soal apa yang akan mereka lakukan," katanya.

Pemerintah Rusia sendiri membantah memiliki hubungan dengan WikiLeaks.

FBI dan Departemen Kehakiman AS memang mengalami kesulitan dalam menyelidiki peretasan WikiLeaks, karena terganjal dengan kebijakan Amandemen Pertama AS yang menjamin kebebasan publikasi. Pasalnya, menurut hukum AS, menerima dan menyebarluaskan bahan peretasan tak ubahnya menyebarkan informasi melalui perusahaan media.

FBI sejauh ini juga belum dapat membuktikan bahwa WikiLeaks bersekongkol dengan intelijen Rusia untuk mencuri bahan peretasan. WikiLeaks sendiri menolak mempublikasikan sumber peretasannya. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER