Empat Capres AS Terlupakan di Bawah Bayang Clinton dan Trump

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 02 Nov 2016 16:20 WIB
Trump dan Clinton selalu mewarnai pemberitaan soal pilpres AS. Tak banyak yang tahu bahwa ada empat capres AS lain yang kurang mendapat sorotan.
Di balik bayang Hillary Clinton dan Donald Trump, sebenarnya ada empat capres AS lain yang kurang mendapat sorotan media menjelang pilpres pada 8 November mendatang. (CNN Indonesia/Asfahan Yahsyi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump dan Hillary Clinton selalu membayangi pemberitaan mengenai pemilihan umum Presiden Amerika Serikat. Di balik bayang tersebut, sebenarnya ada empat capres AS lain yang kurang mendapat sorotan media menjelang pilpres pada 8 November mendatang.

Begitu kurangnya sorotan terhadap keempat kandidat ini, mereka bahkan tak diberi panggung besar untuk adu program andalan dalam ajang debat capres.

Keempat kandidat ini sebenarnya sudah tidak asing di panggung politik AS. Namun, mereka diusung oleh partai kecil yang sebenarnya sudah lama meramaikan kancah politik Washington.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gary Johnson

Sebut saja, Gary Johnson, politisi dari Partai Libertarian ini sebenarnya sudah masuk dalam bursa capres AS pada pemilu 2012 lalu.

Saat itu, Johnson berjanji memangkas belanja negara, setia kepada kebijakan fiskal yang konservatif, dan melegalkan ganja.

Mengawali karier politiknya di bawah naungan Partai Republik, nama Johnson mulai melambung ketika berhasil menduduki kursi Gubernur New Mexico selama dua periode berturut-turut sejak 1995 hingga 2003.

Namun, beberapa pembuat kebijakan merasa disulitkan karena Johnson tak berpengalaman dalam berpolitik.

Empat Capres AS Terlupakan di Bawah Bayang Clinton dan TrumpDalam masa kampanye tahun ini, Johnson sempat menjadi buah bibir lantaran tidak mengetahui Aleppo. (Reuters/Brian Snyder)
Johnson kemudian berganti haluan ke Partai Libertarian dengan dalih agar dapat mengambil kesempatan di tengah pertarungan antara capres dari dua partai terbesar di AS, Demokrat dan Republik.

Dalam masa kampanye tahun ini, Johnson sempat menjadi buah bibir lantaran tidak mengetahui Aleppo, salah satu wilayah di Suriah yang menjadi medan pertempuran sengit antara kelompok pemberontak dan tentara pemerintah.

Hal ini terungkap dalam sebuah sesi wawancara dengan MSNBC ketika Johnson ditanya oleh sang pemandu acara, Mike Barnicle, soal kebijakan luar negerinya terhadap Aleppo jika terpilih sebagai presiden.

Ketidaktahuan Johnson ini membuat publik bertanya-tanya. Pasalnya, Partai Libertarian sangat lantang menyuarakan penolakan terhadap intervensi militer AS di luar negeri.

Jill Stein

Layaknya Johnson, capres dari Partai Hijau, Jill Stein, juga bukan nama baru dalam kancah politik AS.

Politisi yang mengawali kariernya sebagai dokter internis ini pernah menjadi sorotan ketika mencalonkan diri sebagai presiden AS pada pemilu 2012, bersaing dengan Barack Obama dan Mitt Romney.

Seperti diberitakan USA Today, saat pemilu 2012, Stein menyebut Obama dan Romney terlalu bergantung pada donasi korporasi sehingga keterikatannya sebagai capres patut dipertanyakan.

Empat Capres AS Terlupakan di Bawah Bayang Clinton dan TrumpSebagai dokter, Stein sangat lantang menyuarakan masalah kesehatan rakyat yang dianggap sangat berpengaruh pada kesejahteraan bangsa. (Reuters/Jim Young)
Stein sendiri merupakan rival lama Romney. Keduanya pernah bersaing memperebutkan kursi Gubernur Massachusetts pada 2002. Pertarungan tersebut dimenangkan oleh Stein yang akhirnya menjabat selama dua periode hingga 2010.

Sebagai dokter, Stein sangat lantang menyuarakan masalah kesehatan rakyat yang dianggap sangat berpengaruh pada kesejahteraan bangsa.

Darrell Castle

Mirip dengan dua kandidat sebelumnya, capres dari Partai Konstitusi, Darrell Castle, sebenarnya juga pernah berlaga dalam pemilu presiden AS. Namun saat itu, Castle bertarung untuk memperebutkan kursi wakil presiden.

Jaksa dari Memphis, Tennessee, ini sempat nyaris tak dapat mengikuti pemilu 2016 karena masalah kesehatannya.

Publik sempat tercengang ketika tiba-tiba, Partai Konstitusi tetap mengusung Castle sebagai capres. Dalam pidato di malam penobatannya, Castle berkata bahwa jika terpilih menjadi presiden, ia akan mengeluarkan AS dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan NATO.

Empat Capres AS Terlupakan di Bawah Bayang Clinton dan TrumpDalam salah satu pidatonya, Castle berkata bahwa jika terpilih menjadi presiden, ia akan mengeluarkan AS dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan NATO. (Dok.castle2016.com)
Seperti diberitakan Al Jazeera, Stein juga berjanji akan menutup Bank Sentral AS jika terpilih menjadi presiden kelak. Ia pun bertekad menjadikan AS sebagai negara yang bebas dari kreditur, tanpa menjabarkan lebih lanjut strateginya.

Pengamat politik dari Al Jazeera, Patty Culhane, mengatakan bahwa perjuangan Castle menuju kursi presiden akan sangat sulit. Pasalnya, ia diusung oleh partai yang bahkan belum pernah memenangkan kursi di Dewan Perwakilan maupun Kongres.

Evan McMullin

Berbeda dari kandidat lainnya, Evan McMullin sebagai capres independen sama sekali belum pernah terjun dalam pemilu presiden AS.

Namun, politisi berusia 40 tahun ini memiliki sejumlah prestasi di bidang pertahanan. Ia merupakan mantan kepala direktur kebijakan Konferensi Dewan Republik di Dewan Perwakilan AS.

Sebelumnya, McMullin juga pernah menjadi petugas operasi CIA dan bertugas sebagai staf penempatan di badan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi di Yordania.

Pada 8 Agustus lalu, ia mengumumkan pencalonannya sebagai presiden AS. McMullin menyebut bahwa dirinya merupakan alternatif dari dua kandidat partai politik besar.

Empat Capres AS Terlupakan di Bawah Bayang Clinton dan TrumpBerbeda dari kandidat lainnya, Evan McMullin sebagai capres independen sama sekali belum pernah terjun dalam pemilu presiden AS. (Courtesy castle2016.com)


Selama masa kampanye, McMullin selalu menunjukkan perhatiannya terhadap komunitas keagamaan. Ia berjanji akan mencurahkan sebagian waktunya untuk komunitas-komunitas tersebut.

Kurangnya pengalaman McMullin di bidang politik sempat menjadi bahan olokan capres dan cawapres dari Partai Republik, Donald Trump dan Mike Pence.

"Tak ada yang pernah mendengar namanya," kata Pence seperti dikutip Washington Post. (has/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER