AS Batalkan Penjualan, Duterte Beli Senjata ke Rusia

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Rabu, 02 Nov 2016 18:57 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengaku tak peduli dengan keputusan AS untuk menghentikan penjualan senjata ke negaranya.
Menurut Duterte, warga Filipina dapat dengan mudah memproduksi senjata dan negaranya juga akan membeli senjata dari Rusia. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengaku tak peduli dengan keputusan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat untuk menghentikan penjualan senjata ke negaranya. Menurut Duterte, warga Filipina dapat dengan mudah memproduksi senjata dan negaranya juga akan membeli senjata dari Rusia.

"Banyak senjata di sini. Saya tidak takut kekurangan senjata hanya karena AS menghentikan penjualan senjata ke Filipina," tutur Duterte seperti dikutip Inquirer pada Rabu (2/11).

Duterte kemudian mengatakan bahwa Rusia dapat menyediakan pasokan senjata kepada Filipina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Duterte mengaku, tak lama setelah dirinya terpilih sebagai presiden, salah satu diplomat Rusia, Igor Khovaev, mengajaknya datang ke Rusia dan menyatakan Moskow memiliki segala yang dibutuhkan Filipina.

Dalam pertemuan Mei lalu, keduanya sepakat memperkuat hubungan bilateral antara Filipina dan Rusia. Menurut Duterte, hubungan antar Filipina-Rusia "sangat akrab."

"Kami (Filipina-Rusia) tidak memiliki sengketa, kontradiksi politik, atau perbedaan lainnya," kata Khovaev.

Dalam pertemuan Asean Summit di Laos beberapa waktu lalu, Duterte juga sempat bertemu Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev. Dalam pertemuan itu, Duterte menyebut Medvedev berjanji bahwa Rusia akan membantu Filipina.

Sementara itu, dalam pernyataannya ke media, Senator Partai Liberal Filipina Ralph Recto mendesak Duterte untuk segera membangun industri produksi senjata dan peralatan militer lokal.

Recto menggambarkan penghentian penjualan senjata AS ke Filipina ini sebagai panggilan pemerintah untuk segera menghentikan ketergantungan negara pada pihak asing.

"Senjata yang dibuat di Marikina sama bagusnya dengan senjata yang dibuat di Amerika," kata Recto merujuk pada industri alat militer Filipina di Marikina.

Keputusan Kemlu AS untuk membatalkan rencana penjualan 26 ribu senjata ke Filipina dipicu oleh penolakan salah satu senator AS, Ben Cardin.

Senapan-senapan dari AS ini seharusnya dijual ke Manila untuk digunakan oleh Kepolisian Nasional Filipina.

Salah satu sumber mengatakan, politisi Partai Demokrat itu tidak setuju jika AS harus menyediakan bantuan senjata ke Manila karena adanya dugaan pelanggaran HAM yang semakin mengkhawatirkan di Filipina. (has/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER