RI Harap Dekatnya Filipina-China Jadi Sinyal Positif di LCS

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Kamis, 03 Nov 2016 13:54 WIB
Kementerian Luar Negeri RI menilai mendekatnya Filipina ke China sebagai gambaran adanya sinyal positif dalam penyelesian konflik Laut China Selatan (LCS).
Dalam kunjungannya ke China, Duterte (kanan) juga menegaskan perpisahan aliansi Filipina dan AS yang telah terjalin selama 50 tahun lebih. (Reuters/Thomas Peter)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Luar Negeri RI menilai mendekatnya Filipina ke China sebagai gambaran adanya sinyal positif dalam penyelesian konflik Laut China Selatan (LCS).

Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir menyatakan, intensifikasi hubungan negara ASEAN, seperti Filipina dan Malaysia, dengan China menambah optimisme dalam upaya merampungkan pembahasan mengenai Code of Conduct (CoC) untuk mengatur regulasi di LCS.

“Semua negara ASEAN yang memperkuat hubungan bilateralnya dengan negara partner ASEAN ya artinya sangat bagus. Kami harap (mendekatnya Filipina ke China) juga berikan pengaruh positif pada pembahasan CoC LCS,” tutur Arrmanatha di kantor Kemlu, Kamis (3/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara garis besar, menurut Arrmanatha, Indonesia sangat mendukung penguatan hubungan bilateral antara negara ASEAN dengan negara mitra.

“Apabila negara ASEAN meningkatkan koordinasi dengan mitra wicara ASEAN seperti China, AS, atau Australia, itu malah akan membawa hal yang baik. Indonesia tidak melihat keputusan negara menguatkan hubungan bilateral dengan negara lainnya menjadi sesuatu yang negatif,” kata Arrmanatha.

Sejauh ini, tutur Arrmanatha, pembahasan CoC mengenai sengketa LCS masih terus dibahas dengan negara-negara bersangkutan dalam tim Declaration of Conduct (DoC).

Mendekatnya Filipina ke China semakin terlihat jelas ketika Presiden Filipina Rodrigo Duterte bertandang ke Beijing untuk bertemu pemimpin China dan menyepakati beberapa kesepakatan kerja sama.

Dalam kunjungannya ke China, Duterte juga menegaskan perpisahan aliansi Filipina dan AS yang telah terjalin selama 50 tahun lebih. Padahal, pemerintahan Filipina sebelumnya berupaya terus mendekati AS untuk membantu menyelesaikan sengketa maritim di LCS dengan China.

Bahkan, Filipina membawa sengketa LCS dengan China ke Pengadilan Tetap Arbitrase (PCA) dan akhirnya memenangkan gugatan. Pada Juli 2016 lalu, PCA yang berbasis di Den Haag menampik klaim China di sebagian besar wilayah LCS.

Namun, China menolak keputusan PCA dan justru menilai pengadilan itu tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan sengketa. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER