Jika Ikut Pilpres, Banyak Warga Arab Tak Pilih Clinton-Trump

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 03 Nov 2016 15:04 WIB
Jika diberi kesempatan mengikuti pilpres AS, hampir setengah warga negara Arab tak akan menggunakan hak suaranya karena enggan memilih Clinton atau Trump.
Dari 3.017 responden yang tersebar di 18 negara Arab, 47 persen di antaranya
Jakarta, CNN Indonesia -- Jika diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam pemilihan umum Presiden Amerika Serikat 2016, hampir setengah warga negara-negara Arab tidak akan menggunakan hak suaranya karena enggan memilih antara Hillary Clinton dan Donald Trump.

Hal ini terungkap dalam jajak pendapat terbaru gagasan harian Arab Saudi, Arab News, dan perusahaan survei asal Inggris, YouGov, yang dirilis pada pekan ini.

Dari 3.017 responden yang tersebar di 18 negara Arab, 47 persen di antaranya "Tidak akan memilih Clinton maupun Trump jika diberikan kesempatan untuk memilih."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, dari 53 persen yang ingin menggunakan hak suaranya, 44 persen di antaranya akan memilih Clinton, sementara Trump hanya mendapat sembilan persen suara.

"Antusiasmenya sangat kecil untuk kedua kandidat, tapi 78 persen yakin Clinton akan lebih baik bagi negara-negara Arab jika terpiluh menjadi presiden ketimbang Trump yang hanya mendapat 22 persen suara," ujar Kepala YouGov, Stephan Shakespeare, seperti dikutip AFP.

Tak hanya terkait kandidat capres, jajak pendapat ini juga menanyakan responden mengenai kebijakan AS yang diharapkan terhadap negara-negara Arab dari pemerintahan Washington selanjutnya.

Dalam konflik Suriah, 46 persen responden ingin AS menerjunkan pasukan darat untuk menggempur ISIS, sementara 54 persen lainnya menolak usulan tersebut.

Sementara itu, 44 persen responden lainnya menginginkan presiden AS selanjutnya membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran.

Ketika ditanya mengenai sejumlah gagasan kebijakan kontroversial Trump, beberapa responden mengaku mendukung, seperti dalam masalah perbatasan.

Hampir 90 persen responden mengaku tak masalah dengan adanya pengamanan perbatasan ekstra jika keamanan negaranya terancam.

Selain itu, 89 persen responden juga menganggap aborsi tak bisa diterima, kecuali dalam beberapa kasus ekstrem, seperti pemerkosaan dan situasi yang mengancam nyawa. (has/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER