Washington, D.C., CNN Indonesia -- Persaingan memperebutkan kursi presiden antara Donald Trump dan Hillary Clinton telah menyebabkan perpecahan terburuk di Amerika Serikat sejak tahun 1960-an. Bahkan, AS terancam bergejolak jika Trump tidak terima kekalahan dalam pemilu 8 November mendatang.
Menurut David Boaz, wakil presiden lembaga think tank Cato Institute, AS telah dilanda banyak perpecahan. Di antaranya adalah saat perang saudara terjadi pada tahun 1860-an akibat perbudakan, atau saat terjadi protes mahasiswa besar-besaran di tahun 1960-an.
"Trump dan Clinton memang tidak menyebabkan perpecahan terbesar sepanjang sejarah AS, tapi setidaknya ini yang terburuk sejak tahun 1960-an," kata Boaz saat ditemui
CNN Indonesia.com di Washington akhir pekan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boaz mengatakan, perpecahan tidak hanya terjadi di kalangan pendukung masing-masing calon, namun juga di tubuh Partai Republik dan Demokrat. Sebagian politisi Republik tidak menyukai Trump dan kontroversi seputar perkataannya dalam kampanye. Hillary juga demikian, beberapa politisi Demokrat menolaknya.
"Kedua partai menominasikan dua calon yang paling tidak populer dalam 17 tahun terakhir, berdasarkan jajak pendapat," kata Boaz.
Trump tidak memiliki pengalaman di bidang politik, namun dia berhasil mengalahkan para pesaingnya di Republik untuk maju menjadi capres. Dalam kampanyenya, Trump melontarkan pernyataan yang kontroversial, menyakiti hati umat Islam, warga Meksiko dan wanita.
Banyak pendukung Trump sebenarnya tidak ingin memilih taipan real estate ini untuk maju jadi capres. Namun, kata Boaz, memilih Trump menurut mereka lebih baik ketimbang Hillary yang dianggap jauh lebih buruk.
"Ada dua alasan mengapa rakyat memilih Trump. Pertama karena Clinton tidak disukai, dianggap korup, liberal dan terlibat skandal. Kedua, rakyat bukan memilih kandidatnya, tapi partainya," ujar Boaz.
Perpecahan ini berpotensi mengancam keamanan nasional AS jika saja Trump tidak menerima kekalahan pada pemilu pekan depan. Trump sebelumnya beberapa kali mengatakan bahwa pemilu telah dicurangi.
"Keadaan AS nanti tergantung bagaimana Trump menerima kekalahan. Jika dia membuat pernyataan konsesi maka situasi akan aman. Namun jika dia bilang pemilu dicurangi, Clinton korupsi dan media berbohong, maka akan menimbulkan gejolak," lanjut Boaz.
Jika sudah begini, maka tugas Clinton -jika menang pemilu- untuk merengkuh pada pendukung dengan cara meredam segala kebijakannya yang dinilai memicu kemarahan, seperti meningkatkan pajak atau menahan diri untuk tidak membuat kebijakan yang liberal.
"Dengan begini jika Trump kalah, maka dia akan cepat dilupakan dan banyak orang akan malu telah memilihnya," lanjut Boaz.
(den)