Washington, D.C., CNN Indonesia -- Donald Trump telah menjadi musuh bersama umat Islam di banyak negara. Namun ternyata masih ada segelintir warga Muslim AS yang mendukungnya, kendati calon presiden Partai Republik itu beberapa kali menyakiti hati mereka.
Dalam jajak pendapat lembaga advokasi Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) bulan lalu diketahui ada 86 persen pemilih Muslim yang menyatakan akan datang ke tempat pengambilan suara. Sebanyak 72 persen di antaranya mengaku mendukung Hillary Clinton, capres Partai Demokrat. Sisanya, memilih Trump.
Persentase yang besar untuk Hillary itu bisa dimaklumi. Trump beberapa kali melontarkan pernyataan Trump yang kontroversial. Misalnya, ia pernah mengatakan akan melarang Muslim masuk Amerika dan menggunakan kata ‘teroris Islam radikal’ untuk menyebut pelaku serangan teror. Kata yang selama ini dihindari Presiden AS Barack Obama dan Clinton untuk menyebut pelaku teror.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sikap Trump itu pun disebut-sebut meningkatkan kasus Islamofobia di AS.
Jumlah Muslim pendukung Partai Republik memang menurun dari tahun ke tahun.
Robert S McCaw, direktur hubungan pemerintah CAIR mengatakan pada pemilu 2012 ada sembilan persen umat Islam pendukung capres dari Partai Republik. Jumlah itu menurun dari pemilu tahun 2006, yaitu 17 persen. Kini karena Trump, banyak Muslim pendukung Republik mengalihkan suara untuk Clinton.
"Ini terjadi karena Partai Republik sejak beberapa tahun terakhir telah menjadi yang terdepan dalam sikap anti-Islam dan kebencian terhadap Muslim," kata McCaw saat ditemui
CNNIndonesia.com di Washington DC, Jumat (4/11).
Tapi tetap saja ada Muslim yang mendukung Trump. Jajak pendapat CAIR menemukan tahun ini ada empat persen Muslim yang menyatakan akan memilihnya.
Faktor ekonomiMenurut McCaw, Muslim memilih Trump karena kebijakan ekonominya yang dinilai mampu menyejahterakan mereka. Di antaranya adalah rencana pemotongan pajak dan reformasi kebijakan perdagangan AS yang akan memudahkan pembentukan lapangan kerja, investasi dan produksi manufaktur dalam negeri.
Selain itu Trump juga menyatakan akan merebut pasar dari China yang dianggap telah mencuri lapangan kerja warga Amerika dan memangkas regulasi yang menghambat bisnis.
"Pemilih Muslim memilih Trump lebih ke arah ekonomi, seperti pengurangan pajak. Pasalnya kebanyakan Muslim di AS adalah pemilik usaha kecil dan mereka menganggap rencana ekonomi Trump sangat bagus," kata McCaw.
CAIR mencatat ada sekitar satu juta warga Muslim yang akan memilih dalam pemilu pekan depan. Jumlah ini sangat kecil jika dibandingkan total pemilih di AS yang mencapai lebih dari 200 juta orang. Namun menurut McCaw, warga Muslim bisa membuat hasil signifikan jika kompak dalam pemilu mendatang.
"Ini akan menjadi pemilu dengan hasil perhitungan suara terketat. Jumlah Muslim di New York dan Florida, tidak cukup memenangkan Hillary tapi bisa menyumbang 2.000 sampai 3.000 suara. Sementara di Virginia dan Ohio ada 18 ribu orang, dengan jumlah ini Muslim bisa menonjol," ujar McCaw.
(den)