Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu produsen senjata terbesar di Amerika Serikat mengklaim bahwa penjualan senjata di negara itu meningkat pesat menjelang pemilihan presiden yang akan digelar pada 8 November mendatang. Kondisi ini diperkirakan merupakan dampak dari kampanye sengit Donald Trump dan Hillary Clinton hingga pekan terakhir sebelum pemilu.
Perusahaan pembuat senjata, Sturm, Ruger & Co (RGR) melaporkan penjualan senjata buatan mereka meningkat hingga tiga kali lipat, mencapai US$ 161,4 juta atau sekitar Rp2,1 triliun di kuartal yang berakhir pada 1 Oktober lalu, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
RGR juga mengklaim laba mereka meningkat hingga 66 persen, sementara saham perusahaan naik 2 persen pada Rabu (1/11) lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan ini mengaku penjualan senjata mereka meningkat di berbagai industri, berdasarkan data dari Biro Investigasi Federal AS (FBI) yang melakukan pengecekan latar belakang setiap pembeli senjata.
"Sepertinya penjualan meningkat akibat kampanye politik menjelang pemilu yang akan berlangsung pekan depan," ujar Chris Killoy, pejabat RGR yang akan menjabat sebagai CEO perusahaan tahun depan.
Dilaporkan
CNN, para produsen senjata lebih khawatir jika Clinton memenangi pemilu, ketimbang Trump. Pasalnya, Clinton mengusulkan pelarangan kepemilikan senjata serbu, memperluas pengecekan latar belakang calon pembeli dan gencar menyalahkan produsen senjata terkait maraknya penembakan di AS.
CEO petahana RGR, Michael Fifer sebelumnya menyatakan bahwa Clinton merupakan capres yang "secara aktif berkampanye menentang perdagangan senjata yang legal."
Fifer menolak memberikan proyeksi penjualan jika Trump atau Clinton memenangi kursi Gedung Putih. Namun, ia mengaku perusahaannya sudah "memiliki rencana dan akan segera menerapkannya" terlepas dari siapa pun yang akan keluar sebagai pemenang pemilu, atau partai mana yang akan mendominasi Kongres.
"Kami mendorong agar semua pelanggan kami dan warga AS untuk menggunakan hak suaranya dan memilih pada pemilu pekan depan," ujarnya.
Salah satu senjata buatan RGR yang paling laris terjual adalah senapan semi-otomatis tipe AR-15 model baru, yang disebut AR-556. Selain itu, penjualan pistol semi-otomatis LCP II dan LC9 buatan mereka juga meningkat di pasaran.
Senapan AR-15 merupakan tipe senjata yang digunakan di sejumlah aksi penembakan mematikan di AS, termasuk tragedi pembantaian di sekolah dasar di Newton, Connecticut pada 2012 dan penembakan kelab malam gay di Pulse, Orlando, Florida pada Juni lalu.
Selain soal siapa yang akan menjadi presiden AS selanjutnya, para penggemar senjata dan perusahaan pelobi senjata, Asosiasi Senapan Nasional (NRA) kini tengah mengkhawatirkan soal siapa yang akan memimpin Mahkamah Agung, usai Hakim Antonin Scalia wafat. Scalia merupakan hakim yang membela hak warga AS untuk memiliki dan memegang senjata, yang dilindungi oleh Amandemen Kedua, pada 2008 lalu.
Hingga saat ini, posisi Scalia masih kosong, dan siapa pun yang menjadi presiden AS dapat menunjuk tokoh yang akan mengisi posisi strategis itu.
(ama)