Jakarta, CNN Indonesia -- Rolando Espinosa, Wali Kota Albuera di Filipina yang masuk daftar hitam Presiden Rodrigo Duterte terkait perdagangan narkoba, tewas di dalam penjara pada Sabtu (5/11).
Espinosa tewas tertembak di dalam penjara setelah mencoba melawan dan menembaki petugas kepolisian yang tengah melakukan inspeksi senjata ilegal.
"Dia (Espinosa) menembaki tim inspeksi. Anggota tim lalu menembaki Espinosa yang pada akhirnya menyebabkan dirinya tewas," ujar Kepala Inspektur Kepolisian Regional, Leo Laraga, kepada
AFP, Sabtu (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Espinosa, ucap Laraga, tersangka narkoba lainnya juga ikut tewas dalam insiden tersebut karena berupaya melawan dan menembaki petugas.
Kepolisian nasional tengah melakukan penyelidikan insiden kematian Espinosa dan kemungkinan konspirasi penyelundupan senjata dan narkoba ke dalam penjara antara petugas penjara dengan narapidana.
Kepala Kepolisian Ronald dela Rosa menyebutkan, Espinosa terdaftar dalam catatan resmi sebagai "pelindung gembong narkoba." Pada Agustus lalu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menuding Espinosa melindungi bisnis barang haram anak laki-lakinya, Kerwin.
Kerwin disebut menguasai perdagangan narkoba di wilayah Albuera. Kerwin ditangkap di Uni Emirat Arab pada Oktober lalu dan dihadapkan dengan tuduhan perdagangan narkoba.
Kematian Espinosa ini menambah panjang daftar tersangka narkoba yang mati di tangan Duterte dan kebijakan 'brutalnya' dalam memerangi kriminal narkoba. Sejak ia menjabat sebagai presiden Filipina pada Juni lalu, sekitar 4.000 tersangka narkoba tewas akibat kebijakannya itu.
Sebelum Espinosa, Wali kota Datu Saudi Ampatuan, Samsudin Dimaukom, juga tewas dalam baku tembak dengan polisi pada akhir Oktober lalu. Dimaukom tewas bersama sembilan pengawalnya di Provinsi Mindanao, setelah masuk dalam daftar hitam Duterte sebagai pihak yang terlibat dalam perdagangan narkoba.
(has)