LAPORAN DARI AMERIKA

BI: Kemenangan Trump Akan Bikin Ngeri Ekonomi Global

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2016 04:17 WIB
Kemenangan Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat berpotensi mengguncang perekonomian dunia, terutama bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia di New York, Erwin Haryono, para ekonom menganggap kemenangan Trump akan buruk bagi perekonomian AS dalam jangka panjang. (CNN Indonesia/Denny Armandhanu)
New York, CNN Indonesia -- Kemenangan Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat berpotensi mengguncang perekonomian dunia, terutama bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pemerintah berbagai negara sudah harus menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi guncangan ekonomi ini.

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia di New York, Erwin Haryono, para ekonom menganggap kemenangan Trump akan buruk bagi perekonomian AS dalam jangka panjang. Namun dia menegaskan, fokus jangka pendek juga harus menjadi perhatian utama.

"Jangan lupa, kita masih berada dalam krisis global yang belum selesai pasca 2008. Volatility masih terjadi, ketidakpastian masih ada dan ini [Trump] adalah sumber ketidakpastian yang baru, shock yang baru," kata Erwin kepada CNNIndonesia.com di New York, Selasa (8/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Erwin mengatakan, Meksiko, negara yang bertikai dengan Trump karena komentar rasis yang dilayangkannya, telah melakukan langkah darurat sejak dua minggu lalu untuk mengantisipasi jika taipan real estate itu jadi presiden.

Indonesia, lanjut dia, juga harus berhati-hati karena kepemimpinan Trump akan berdampak pada arus modal di negara-negara berkembang.

"Karena ini sumber shock baru, orang akan cari aman, safe heaven. Dunia masih suka memegang uang dolar Amerika. Ketidakpastian akan membuat pelarian modal dari negara berkembang, ini yang harus kita jaga dengan hati-hati," tutur Erwin.

Trump memenangkan pemilu populer melawan Hillary Clinton pada Selasa waktu setempat. Dalam kampanyenya, Trump sering memicu kontroversi karena perkataannya yang menyakitkan, salah satunya rencana mendeportasi para imigran dan anti-perdagangan bebas.

Namun Erwin tidak yakin jika Trump akan melakukan itu semua jika memimpin.

"Dia pebisnis yang sangat logis. Jika dia tahu kebijakan anti-imigran akan mengurangi produktivitas Amerika, karena kita tahu negara itu mengalami aging-population yang tertolong berkat imigran, Trump akan realistis," ujar Erwin.

Populasi tua AS yang timpang dengan tingkat kelahiran membuat negara itu tidak produktif. "Jika Trump mengusir mereka, dari mana sumber produktivitas Amerika? Bagaimana mereka akan tumbuh?" kata Erwin.

Erwin melanjutkan, pasar sebenarnya masih bertanya-tanya apakah Trump akan benar-benar melakukan apa yang dia katakan. Bisa jadi, perkataannya yang keras itu hanya untuk mendulang dukungan.

"Pada saat dia tahu bahwa mengurangi tarif impor dan memproduksi di dalam negeri tidak berhasil, karena tenaga kerjanya sangat mahal, dia juga akan realistis," lanjut dia.

Jika Trump benar-benar melakukannya dengan dukungan Senat dan DPR yang mayoritas Partai Republik, maka Erwin mengatakan akan sangat "ngeri, terutama dalam konteks global ekonomi."

"Jika ekonom benar, dia akan membawa ekonomi Amerika lebih buruk, sedangkan ekonomi Amerika ini harapan pemulihan global, maka global tidak akan kemana-mana. Semua orang akan panik, dan mungkin kita akan menghadapi resesi yang lebih lama lagi," tegas Erwin.

Persiapan Indonesia

Indonesia sendiri telah memiliki rencana antisipasi jika hal tersebut terjadi. Menurut Erwin, Indonesia memiliki kerangka ekonomi makro yang dijaga oleh otoritas fiskal, moneter dan perbankan.

Ini adalah tindakan hati-hati pemerintah Indonesia karena biasanya negara berkembang biasanya dipersepsikan sebagai ekonomi yang berisiko.

"Itulah sebabnya BI banyak dikritik karena suku bunganya yang tinggi, sebenarnya karena itu. Kerangka ekonomi makro kita khususnya kebijakan ekonomi itu sangat hati-hati," ujar Erwin.

Kedua, yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah melakukan kebijakan reformasi struktural dengan meningkatkan infrastruktur untuk memperkuat tatanan ekonomi Indonesia jangka panjang.

"Sebetulnya yang dilakukan dalam jangka pendek dalam kerangka ekonomi makro, salah satunya moneter policy plus structural policy lewat pembangunan infrastuktur dan seterusnya. Itu sudah dalam arah yang benar," tutur Irwan.

"Persoalannya akan ada shock baru dan ekonomi Amerika. kita juga harus mengantisipasi sumber shock yang baru itu," lanjut dia. (has/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER