Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Filipina Rodrigo Duterte bertemu dengan tokoh yang dia sebut sebagai pahlawannya, Presiden Rusia Vladimir Putin, pada akhir pekan ini. Sepanjang pertemuan, Duterte memaparkan pandangannya soal berbagai konflik di dunia dan peran Amerika Serikat dan negara-negara Barat yang menurutnya "munafik" dan "suka menindas."
Duterte, yang secara terbuka mengungkapkan kekagumannya terhadap Putin, menyatakan Perang Dingin telah memisahkan hubungan antar kedua negara, lantaran Filipina, yang merupakan negara bekas jajahan AS, selalu diasosiasikan sebagai sekutu Barat.
Namun, Duterte berjanji semua itu akan ketika ia memimpin Filipina. Sejak dilantik pada akhir Juni lalu, Duterte kerap meluncurkan kritik tajam kepada presiden petahana AS Barack Obama, mengacam memutuskan aliansi militer kedua negara, dan mencoba merapatkan hubungan dengan China dan Rusia.
"Itu [berjalan] baik ketika masih itu berlangsung," kata Duterte kepada Putin soal rencana 'perceraian' aliansi dengan AS, dikutip dari
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akhir-akhir ini, saya melihat banyak negara Barat mengintimidasi negara kecil. Dan tidak hanya itu, mereka juga sangat munafik," ujarnya dalam pertemuan yang berlangsung selama 45 menit di sela-sela KTT Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Lima, ibu kota Peru.
"Dan mereka [negara Barat] nampaknya yang memulai perang, tetapi takut berperang. Itulah apa yang salah dengan Amerika dan negara lainnya. Mereka mengobarkan perang di begitu banyak tempat: di Vietnam, Afghanistan dan Irak, dengan dalih tunggal bahwa ada senjata pemusnah massal, padahal tidak ada," tutur Duterte.
Duterte juga menyinggung ketika Manila menarik pasukan non-tempur yang merupakan bagian dari koalisi pimpinan AS untuk memberangus Saddam Hussein di Irak pada 2004 lalu , lantaran terdapat ancaman pemenggalan kepala seorang pekerja Filipina yang diculik di sana. Duterte menyebut saat itu Washington "sangat mempersulit kami."
"Ini adalah satu hal yang pikir bukan ide yang baik," ujar pria berusia 71 tahun ini.
Bagian dari EropaDalam pertemuan itu, Duterte juga menyatakan Filipina ingin sekali menjadi bagian dari Eropa. "Kami rindu untuk menjadi bagian dari Eropa, meskipun jarak memisahkan. Kami rindu hubungan terutama dalam perdagangan dan industri dengan seluruh dunia," tuturnya.
Pemimpin yang terkenal ceplas-ceplos ini memang tak segan melontarkan pujian untuk Putin. Bulan lalu, ketika ditanya apakah dia menginginkan Donald Trump atau Hillary Clinton untuk menjadi presiden AS, Duterte malah menjawab, "Putin pahlawan favorit saya."
Duterte juga mengatakan bahwa dirinya dan Putin nampaknya punya kesukaan yang sama, khususnya soal senjata dan wanita.
Oktober lalu, Duterte mengumumkan 'perceraian' dengan Amerika Serikat, ketika ia berkunjung ke China untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Duterte juga meminta agar pasukan AS segera angkat kaki dari tanah Filipina dalam kurun waktu dua tahun.
padaSeptember lalu, menjelang KTT ASEAN di Laos, Duterte menyebut Obama "anak pelacur", menyebabkan pertemuan kedua pemimpin negara ini batal.
Namun, ketika Trump terpilih sebagai presiden melalui pilpres pekan lalu, Duterte semakin mencair terhadap AS dan menyatakan akan tetap mempertahankan pakta pertahanan Filipina-AS serta tetap akan membeli senjata dari AS.
(ama)