Jakarta, CNN Indonesia -- Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa hanya tersisa sedikit waktu untuk memberi bantuan kemanusiaan pada Aleppo. Pasalnya, semakin banyak korban berjatuhan akibat serangan yang tak kunjung usai.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menekan Presiden Rusia Vladimir Putin, saat keduanya bertemu di KTT APEC di Peru, untuk menggandakan upaya menghentikan kekerasan yang terjadi di Aleppo.
Dalam rilis yang dikeluarkan Gedung Putih, Obama meminta Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk terus melakukan inisiatif, bersama-sama dengan komunitas internasional, guna menghentikan perang dan mengentaskan penderitaan warga Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekhawatiran internasional semakin memuncak ketika Damaskus melakukan serangan ganas guna merebut kembali Aleppo timur dari tangan pemberontak, Selasa (15/11) lalu.
Sementara di Damaskus, proposal gencatan senjata dari Utusan PBB Staffan de Mistura ditolak. Proposal itu memungkinkan pihak oposisi untuk mengambil alih bagian timur kota yang dikuasai pemberontak.
“Kita kehabisan waktu," kata de Mistura, saat bertemu Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem, dikutip
AFP.
Selain itu, agensi bantuan perang di Suriah khawatir bukannya bantuan kemanusiaan atau insiatif politik yang datang ke Aleppo timur, melainkan lebih banyak lagi ‘gempuran militer’.
“Saat Natal nanti, jika serangan militer ini terus berlanjut, Aleppo akan hancur. Tidak akan ada yang tersisa. Mungkin ada 200 ribu orang mengungsi ke Turki dan itu akan menjadi kehancuran kemanusiaan,” terang de Mistura.
Pada Minggu (20/11) sebuah roket yang dilancarkan pihak pemberontak, menewaskan setidaknya delapan anak di kawasan Furqan yang dikuasai pemerintah.
 Foto: REUTERS/Abdalrhman Ismail Serangan udara dan gempuran yang tak kunjung reda di Aleppo timur memakan banyak korban warga sipil, termasuk anak-anak. |
Televisi Suriah memperlihatkan gambar mengenaskan dari anak-anak yang terluka dan tengah mendapatkan perawatan di rumah sakit. Banyak yang menangis ketakutan.
Tidak berhenti sampai disitu pihak militer Suriah terus merangsek ke area Massaken Hanano di timur laut Aleppo dan bentrok dengan kelompok pemberontak. Syrian Observatory for Human Rights mengatakan akibat bentrokan itu, setidaknya 19 warga sipil, termasuk lima anak, terbunuh.
Angka itu menambah total korban menjadi 115 warga sipil, 18 diantaranya anak-anak. Sementara dilaporkan 78 pemberontak terbunuh dalam aksi tersebut.
Badan monitor perang asal Inggris itu juga melaporkan terjadi bentrokan keras di area Bustan al-Basha dan Sheikh Saeed.
Lebih dari 300 ribu orang tewas sejak konflik Suriah pecah, Maret 2011 silam. Upaya damai yang diserukan dunia internasional terus-menerus gagal.
de Mistura mengatakan dia telah berdialog dengan Muallem dan menyampaikan kemarahan internasional atas apa yang terjadi di Aleppo timur. Dia juga menyampaikan proposal kesepakatan perdamaian.
Namun Muallem tetap bersikeras pihaknya akan tetap memerangi pemberontak. Pasalnya, menurut Muallem, proposal yang disampaikan PBB berarti kesepakatan untuk mengakui pemerintahan pemberontak otonom di Aleppo timur.
“Bagaimana mungkin PBB memberi keringanan pada teroris?” ujarnya.
Tak Ada Lagi Rumah SakitSerangan keras yang dilakukan pemerintah Suriah berimbas pada kehancuran banyak fasilitas publik, termasuk rumah sakit dan sekolah.
Damaskus dan sekutu-sekutunya berkeras mengusir pemberontak dari Aleppo timur, yang lepas dari kontrol pemerintah pada pertengahan 2012.
Padahal terdapat lebih dari 250 ribu orang di Aleppo timur, yang ditutup sejak pasukan pemerintah mengepung wilayah tersebut pada pertengahan Juli.
Tidak ada bantuan memasuki Aleppo timur sejak itu, dan pengepungan juga membuat warga kekurangan makanan dan bahan bakar.
Pertengahan Oktober lalu, Rusia mengatakan pihaknya menghentikan serangan pada Aleppo, dan menyelenggarakan serangkaian gencatan senjata singkat. Hal itu dimaksudkan untuk mendorong pemberontak menyerah dan mengevakuasi warga sipil.
Sayangnya, jendela gencatan senjata dilakukan dalam waktu yang terlalu singkat, sehingga tidak ada jaminan keamanan untuk pengiriman bantuan atau evakuasi.
Serangan udara yang terjadi sejak Selasa (15/11) merusak sebagian besar rumah sakit dan posko bantuan. Sementara berondongan peluru menghancurkan rumah sakit terakhir di Aleppo. Staf rumah sakit anak-anak itu terpaksa melakukan evakuasi. Terlihat para perawat tak kuasa menahan tangis saat harus melepas bayi-bayi prematur dari inkubator mereka.
(les)