Diktator Filipina Ferdinand Marcos Dikubur di Makam Pahlawan

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Jumat, 18 Nov 2016 14:15 WIB
Mantan pemimpin Filipina, Ferdinand Marcos, dikuburkan kembali di makam pahlawan, meski sebagian warga tak menganggap diktator itu sebagai pahlawan.
Proses pemindahan makam mantan pemimpin diktaktor Filipina, Ferdinand Marcos ke tempat pemakaman pahlawan di Filipina berlangsung hari ini. (Reuters/Czar Dancel)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan pemimpin Filipina, Ferdinand Marcos, dikuburkan kembali di makam pahlawan pada Jumat (18/11) meski sebagian warga tak menganggap diktator layak disebut pahlawan.

Kepala Kepolisian Filipina Ronald Dela Rosa menyebutkan, proses pemakaman Marcos akan dilaksanakan sekitar pukul 11.00 siang waktu setempat. Jenazah Marcos akan tiba di tempat pemakaman menggunakan sebuah helikopter. Pemakaman hanya dihadiri oleh pejabat pemerintah terkait dan sanak keluarga.

Barisan pasukan polisi lengkap peralatan pengamanan anti huru hara berjaga di luar gerbang pemakaman, mengantisipasi jika adanya gerakan massa.
 
Memimpin Filipina selama dua setengah dekade, Marcos dikenal sebagai pemimpin bertangan besi, diktator dan korup. Oleh karena itu, banyak warga menentang usulan pemberian liang kubur di makam pahlawan bagi tokoh yang wafat pada 1989 itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, rencana itu berjalan mulus pada pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte. Mendapat dukungan penuh dari putri Marcos saat pemilu presiden Filipina, Duterte kemudian mendapatkan dukungan hukum dari Mahkamah Agung Filipina untuk memindahkan makam Marcos. 

Dela Rosa mengaku baru mengetahui proses pemakaman ini pada Kamis (17/11). Ia juga menyebutkan Presiden Duterte sadar akan keputusannya ini yang memicu maraknya aksi protes.

"(Duterte) tahu. Tidak ada instruksi khusus. Kami hanya memastikan pemakaman berjalan damai," kata Dela Rosa seperti dikutip CNN, Jumat (18/11).

Sementara itu, pihak oposisi menyatakan proses pemakaman ini merupakan "pengkhianatan yang memalukan."

Seorang pengacara yang menentang proses pemakaman Marcos hingga ke pengadilan, Edre Olalia, menganggap keputusan menguburkan jasad Marcos di pemakaman pahlawan merupakan ide buruk.

"Kami berfikir pencuri, tirani, dan pelanggar HAM sepanjang masa seperti Marcos tidak akan pernah beristirahat dengan tenang," kata Olalia.

"Dia (Marcos) memenuhi syarat untuk dimakamkan di sana. Jika warga Filipina lainnya tidak menghendaki ini, tidak apa-apa. Kalian dapat berunjuk rasa. Silakan," ucap Duterte pada Agustus lalu.

Marcos Bukan Pahlawan

Marcos mulai memimpin Filipina sejak 1965 hingga revolusi "People Power" pada 1986 melengserkannya. Keluarga Marcos diperkirakan mengumpulkan kekayaan hingga US$10 miliar, atau sekitar Rp135 triliun.

Di ujung masa kepemimpinannya, Marcos dituding sebagai kleptokrat, yakni pemimpin pemerintahan yang mengambil uang pungutan berupa pajak dari rakyat untuk memperkaya kelompok tertentu atau diri sendiri. 

Menurut buku berjudul The Making of the Philippines yang ditulis Frank Senauth, "Marcos telah mengalihkan sejumlah besar uang pemerintah untuk mendanai kampanye partainya, Kilusang Bagong Lipunan."

Setelah lengser, Marcos kemudian melarikan diri ke Hawaii dan wafat dalam pengasingan pada 1989. Tubuhnya dibalsem dan hingga kini dipamerkan di sebuah makam di kampung halamannya di wilayah Filipina utara.

Pemerintah Filipina menyita kurang dari US$5 miliar kekayaan keluarga Marcos dan kroninya, baik dalam bentuk uang tunai, saham, properti real-estate, karya seni dan perhiasan. 

Pihak oposisi menegaskan bahwa angkatan bersenjata Filipina (AFP) telah mendiskualifikasi Marcos dari daftar veteran yang berhak dimakamkan di pemakaman pahlawan Filipina.

Para pemrotes itu mengutip klausul yang menyatakan, "personel yang telah dihukum oleh pengadilan akibat perbuatan tercela" tidak bisa dikatakan sebagai pahlawan dan tidak bisa dimakamkan di pemakaman pahlawan.
(ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER