Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara dilaporkan terus mengembangkan penjara dengan sistem yang serupa dengan kamp konsentrasi Nazi, di mana para tahanan harus melakukan kerja paksa, mengalami penyiksaan, pemerkosaan, kelaparan dan bahkan kematian.
Keberadaan penjara yang disebut
kwanliso dalam bahasa Korea ini sebelumnya terungkap dalam laporan PBB yang dirilis pada 2014 lalu. Laporan itu menyebutkan, terdapat "ratusan ribu tahanan politik" tewas di penjara Korea Utara selama 50 tahun terakhir, di tengah "kekejaman yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata."
Penjara itu diduga masih terus beroperasi dan bahkan semakin meluas, berdasarkan pengamatan citra satelit terhadap Camp No 25, sebuah kamp dekat Chongjin, pantai timur laut Korea Utara. Pengamatan dilakukan oleh kelompok pemerhati HAM,
Human Rights in North Korea (HRNK).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok yang berbasis di Washington, AS, meluncurkan laporan pada Rabu (30/11), yang menunjukkan adanya perluasan wilayah penjara sebesar hampir dua kali lipat sebelum tahun 2010 dan terus beroperasi hingga saat ini.
"Analisis citra satelit kami terhadap Camp No 25 dan fasilitas penahanan lain yang menerapkan kekejaman mengonfirmasi tindak kerja paksa yang berkelanjutan dan mungkin semakin penting di bawah pemerintahan Kim Jong-un," kata direktur eksekutif HRNK, Greg Scarlatoiu, dalam pernyataanya, dikutip dari
CNN.
Laporan HRNK ini dipublikasikan menyusul analisis terpisah dari lembaga pemerhati HAM lain, Amnesty International, yang dirilis bulan ini. Analisis itu menyimpulkan Pyongyang "terus mempertahankan, dan bahkan berinvestasi, di fasilitas-fasilitas yang represif."
"Kamp-kamp ini merupakan landasan infrastruktur besar negara yang didedikasikan untuk meluncurkan represi politik dan kontrol sosial, yang memungkinkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang meluas dan sistematis," bunyi
laporan Amnesty.
"Penilaian dari gambar satelit terhadap dua kamp penjara politik, atau yang disebut juga 'kwanliso' itu diambil pada periode Mei hingga Agustus dan menunjukkan penambahan pos penjaga, meluasnya fasilitas kremasi dan aktivitas agrikultur," bunyi laporan ini.
PBB sebelumnya melaporkan bahwa hingga 120 ribu pria, wanita dan anak-anak dipenjarakan di
kwanliso. Pyongyang secara resmi sudah meluncurkan bantahan terdapat kamp semacam itu.
 Citra satelit menunjukkan adanya perluasan wilayah penjara sebesar hampir dua kali lipat sebelum tahun 2010 dan terus beroperasi hingga saat ini. (Image © 2016 DigitalGlobe, Inc via amnesty.org) |
Namun, sejumlah kelompok pemerhati HAM menegaskan mereka terus berupaya mendokumentasikan operasi yang sedang berlangsung di penjara tersebut, baik melalui kesaksian para korban maupun citra satelit.
Laporan PBB yang dirilis pada 2014 lalu memperkirakan bahwa terdapat "ratusan ribu tahanan politik" tewas di penjara Korea Utara selama 50 tahun terakhir, di tengah "kekejaman yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata."
"Populasi narapidana secara bertahap berkurang melalui kelaparan yang diciptakan dengan sengaja, kerja paksa, eksekusi, penyiksaan, pemerkosaan dan pengingkaran hak-hak reproduksi," bunyi laporan PBB soal
kwalinso yang dirilis pada 2014, menegaskan kemiripan dengan kamp konsentrasi yang diberlakukan oleh Nazi Jerman dan Uni Soviet.
Mantan pengawal diktator Korea Utara Kim Jong-il yang tak ingin identitasnya terungkap mengatakan kepada
CNN pada 2014 lalu bahwa pemukulan dan kelaparan terjadi di penjara tempat ia ditahan setelah diketahui gagal melarikan diri dan membelot ke Korea Selatan.
(aal)