Trump: Hubungan AS dan China Harus Diperkuat

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Jumat, 09 Des 2016 13:25 WIB
Perdagangan AS ke China mengalami defisit hingga US$366 miliar pada 2015, turun 6,6 persen dari tahun sebelumnya.
Presiden terpilih Donald Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat harus memperkuat hubungan dengan China, meskipun selama ini ia kerap mengkritik kebijakan Beijing. (Reuters/Jay LaPrete)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden terpilih Donald Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat harus memperkuat hubungan dengan China, meskipun selama ini ia kerap mengkritik kebijakan Beijing.

"Salah satu hubungan bilateral yang terpenting dan harus ditingkatkan adalah hubungan AS dengan China," ujar Trump pada Kamis (8/12) di Iowa dalam sesi kampanye "terima kasihnya" kepada warga Amerika yang telah membantunya memenangi pemilihan umum November lalu.

Komentar Trump ini disampaikan di tengah menurunnya nilai perdagangan AS ke China. Menurut data Kementerian Perdagangan AS, perdagangan AS ke China mengalami defisit hingga US$366 miliar pada 2015, turun 6,6 persen dari tahun sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taipan real estate itu menganggap barang AS tidak laku di China karena Beijing menerapkan tarif impor yang tinggi untuk barang dari Amerika.

Merujuk pada data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), China memasang tarif 15,6 persen untuk impor hasil pertanian AS dan sembilan persen pada komoditas lainnya.

Sementara itu, AS hanya mewajibkan 4,4 persen pajak untuk impor produk pertanian China dan 3,6 persen pada komoditas lainnya.

Reuters
melaporkan, sejak masa kampanye pemilu, konglomerat asal New York itu berulang kali mengkritik China yang dianggap telah "memperkosa" AS dengan kebijakan ekonominya yang merugikan.

Trump menuduh Beijing memanipulasi nilai mata uang mereka, Yuan, untuk membuat ekspor China lebih kompetitif di pasar global. Menurut Trump, dengan demikian China telah "membunuh" perdagangan Amerika.

Tudingan Trump terhadap China tersebut hingga saat ini tidak pernah dikonfirmasi oleh pemerintah AS. Baik Kementerian Keuangan AS maupun Badan Moneter Internasional (IMF) tidak menganggap China sebagai manipulator mata uang.

Sejak kebangkitan ekonomi China dalam dua dekade terakhir, negeri tirai bambu itu kerap dianggap sebagai negara adidaya di kawasan Asia, menyaingi AS. Saat ini, China merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS.

Namun, Trump membantah anggapan tersebut dengan berkata, "China bukan pasar ekonomi karena selama ini mereka tidak bermain sesuai aturan, dan saya tahu ini saatnya China untuk bermain adil."

Baru-baru ini, Trump kembali membuat China geram karena melakukan pembicaraan langsung melalui sambungan telepon dengan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, pada pekan lalu.

Selama ini, China menganggap Taiwan merupakan bagian dari negaranya dalam prinsip "Satu China" yang selalu mereka gaungkan. Komunikasi Trump dengan Tsai dianggap sebagai upaya Taiwan mencari dukungan untuk memerdekakan diri dari China. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER