Jakarta, CNN Indonesia -- Evakuasi kawasan yang dikuasai pemberontak di timur Aleppo, Suriah, mungkin ditunda hingga esok. Kemarin, gencatan senjata disepakati oleh kedua pihak yang bertikai dan evakuasi sedianya dilakukan mulai pagi ini.
Kabar ini diberitakan
Reuters yang mengutip media pro-oposisi,
Orient TV, Rabu (14/12).
Setelah gencatan senjata disepakati, pejabat dari pihak oposisi mengatakan pihaknya memperkirakan kelompok pertama yang terdiri atas orang-orang terluka untuk meninggalkan daerah pada Selasa malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara seorang pejabat militer dari aliansi pendukung pemerintah Bashar al Assad sempat mengatakan evakuasi berjalan pada 5.00 waktu setempat.
Namun, tidak ada satu kelompok pun yang berangkat hingga pagi tadi, kata seorang saksi yang berada di titik keberangkatan.
Sebanyak 20 bus sudah menunggu di tempat tersebut dengan mesin yang dibiarkan menyala. Hanya saja, tidak ada tanda-tanda bus tersebut akan bergerak.
Walau demikian, seorang petinggi dari kelompok pemberontak Jabha Shamiya mengatakan gencatan senjata masih terus berlangsung. Komandan dari kelompok Nour al-Din al-Zinki juga mengatakan demikian.
"Kesepakatan masih berjalan, gencatan senjata masih berlangsung hingga saat ini," ujarnya.
Gencatan senjata yang telah disepakati ini terjadi berkat bantuan negosiasi Rusia dan Turki. Sebelumnya, Aleppo telah digempur habis-habisan oleh pasukan Assad hingga pemberontak terdesak.
Namun, keadaan warga sipil yang menyedihkan seiring dengan gempuran pemerintah Suriah itu mengakibatkan krisis kemanusiaan dan memancing kemarahan dunia.
"Kami seperti menyaksikan sebuah kemenangan militer yang keras kepala," kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam rapat dengan Dewan Keamanan, tidak lama setelah gencatan senjata disepakati.
Pengusiran pemberontak dari wilayahnya yang semakin menyusut di Aleppo memicu pengungsian besar-besaran. Diliputi ketakutan, mereka berupaya meninggalkan kota itu meski cuaca buruk menghadang.
Menurut PBB, krisis ini mencerminkan hilangnya rasa kemanusiaan secara utuh. Para pengungsi juga meski mengalami krisis makanan dan air, sementara rumah sakit pun tidak beroperasi.
(aal/aal)