Jakarta, CNN Indonesia -- Meskipun gencatan senjata dan perjanjian evakuasi sudah disepakati oleh kelompok pemberontak dan rezim Presiden Bashar al-Assad, warga sipil di Aleppo, Suriah, tak lantas dapat bernapas lega.
Kini, beredar laporan bahwa para ayah mulai meminta izin untuk membunuh putrinya sendiri karena takut anaknya tersebut menjadi korban perkosaan massal oleh tentara pemerintah yang sudah merebut Aleppo dari tangan pemberontak.
"Keluarga-keluarga di Aleppo bertanya kepada para akademisi keagamaan apakah diizinkan membunuh putri mereka sebelum ditangkap dan diperkosan oleh (pasukan) Assad, Hizbullah, dan milisi Iran!" ujar seorang aktivis hak asasi manusia, Hussam Ayloush, melalui akun Facebook pribadinya, Senin (12/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaan serupa juga diterima oleh Muhammad Al-Yaqoubi, seorang pemimpin keagamaan Suriah yang selama ini kerap mengkritik Assad dan pemimpin tertinggi ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi.
"Kami menerima pertanyaan dari Aleppo yang isinya seperti ini, 'Bolehkah seorang pria membunuh istri atau saudara perempuannya sebelum mereka diperkosa oleh pasukan Assad di depan mata sendiri?'" kata Yaqoubi, melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (13/12).
Berbagai pertanyaan ini bermunculan setelah pasukan pemerintah dilaporkan mulai menguasai sebagian besar wilayah Aleppo dari tangan para kelompok pemberontak pada Senin (12/12).
Di hari itu, hampir dua ratus orang dieksekusi di wilayah Aleppo yang sebelumnya dikuasai oleh pemberontak itu, termasuk perempuan dan anak-anak. Menurut laporan aktivis di lapangan, kebanyakan eksekusi dilakukan oleh milisi Hizbullah.
Namun, seorang sumber mengonfirmasi kepada
Al-Arabiya bahwa milisi loyalis Assad juga membunuh sembilan anak dan empat perempuan dengan cara membakarnya hidup-hidup hingga tewas.
Ketakutan pemerkosaan massal ini kemudian merebak setelah seorang aktivis HAM mengunggah pesan yang disebut berasal dari seorang gadis di Aleppo. Melalui surat tersebut, gadis itu menjelaskan alasannya bunuh diri.
"Saya bunuh diri agar tubuh saya tidak menjadi sarana pemuas hasrat mereka yang bahkan tak berani menyebut nama Aleppo beberapa hari lalu," tulis gadis tersebut.
Menutup pesannya, gadis itu menulis, "Saya bunuh diri dan ketika kalian membaca ini, kalian harus mengetahui bahwa saya meninggal dengan murni, tidak tersentuh oleh kalian semua."
(ama)