Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok pemberontak Marxis, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) memecat lima komandan menolak menyetujui kesepakatan damai dengan pemerintah, mengakhiri perang saudara yang sudah 52 tahun berkecamuk di negara tersebut.
Kelima komandan FARC ini berasal dari unit pasukan yang berbasis di hutan bagian tenggara Kolombia. Salah satu komandan yang dipecat merupakan mantan peserta yang ikut berpartisipasi dalam pembicaraan damai dengan Kuba.
"Keputusan [pemecatan] ini dimotivasi oleh perilaku mereka yang bertentangan dengan garis politik-militer kelompok kami," ungkap pemimpin FARC melalui sebuah pernyataan seperti dkutip
Reuters, Rabu (14/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menyerukan kepada seluruh pejuang yang sudah tertipu dengan jalan tanpa masa depan untuk menjauhkan diri dari keputusan keliru yang diambil oleh komandan mereka," kutip pernyataan FARC.
Kelima komandan yang dipecat menjadi gelombang pemberontak kedua yang menyatakan penolakan terhadap kesepakatan damai FARC dengan pemerintah Kolombia.
Pejabat militer dan parlemen Kolombia khawatir penolakan sejumlah pemberontak bakal berujung pada pengendalian bisnis penjualan dan penyelundupan kokain yang berpotensi memperkuat jaringan kriminal di negara itu.
Menteri Pertahanan Kolombia, Luis Carlos Villegas, mengatakan pemerintah akan menangkap setiap komandan dan pengikutnya yang beroposisi guna melindungi proses perdamaian.
"Mereka yang menyatakan diri sebagai pembangkang FARC akan ditetapkan sebagai buronan tingkat tinggi bagi pasukan keamanan," kata Villegas.
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos dan Ketua FARC Rodrigo Londono menandatangani dokumen kesepakatan damai yang baru pada awal Desember lalu. Perjanjian perdamaian disetujui kedua pihak meski sejumlah anggota kongres menyatakan tidak setuju.
Upaya menghentikan konflik sempat mandek lantaran 50,23 persen warga menyatakan menolak berdamai dengan FARC pada referendum yang dilaksanakan awal Oktober lalu.
Perjanjian damai akhirnya diperbaharui dan berhasil diratifikasi serta disetujui oleh Kongres Kolombia melalui rapat yang berlangsung selama 11 jam.
Persetujuan damai ini mengharuskan sekitar 7.000 anggota FARC melucuti dan menyerahkan senjata mereka serta membentuk partai politik selambat-lambatnya dalam rentang waktu 6 bulan ke depan.
Namun, akhir dari perang saudara dengan FARC ini tak lantas menjadikan Kolombia terbebas dari kekerasan dan bisnis kokain terbesar di dunia, yang selama ini berkontribusi terhadap kemunculan geng kriminal berbahaya di negara itu.
(aal)