Jakarta, CNN Indonesia -- Jepang dan Rusia sepakat untuk membahas kembali masalah-masalah keamanan dan mulai membahas kerjasama ekonomi di kepulauan yang diperebutkan kedua negara. Sengketa membuat negara yang bertentangan saat Perang Dunia II itu masih belum resmi berdamai.
Kepulauan yang disebut Daerah Utara di Jepang dan Kuriles Selatan di Rusia direbut oleh pasukan Soviet di hari-hari terakhir perang dunia. Akibatnya, 17 ribu penduduk yang berkewarganegaraan Jepang mesti terusir.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin telah menawarkan pembahasan kembali soal keamanan antar Kementerian Luar Negeri dan Pertahanan kedua negara, dalam kunjungannya ke Jepang yang hingga hari ini Jumat (16/12), masih berlangsung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembahasan ini sebelumnya dihentikan setelah Rusia mencaplok sebagian wilayah Ukraina, 2014 lalu, dan diberi sanksi internasional. Diberitakan
Reuters, Lavrov mengatakan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyambut baik tawaran Putin.
Selain itu, penasihat ekonomi pemerintahan Rusia, Yuri Ushakov, mengatakan kedua pihak akan mengeluarkan pernyataan resmi soal aktivitas ekonomi bersama di pulau sengketa tersebut hariini. Aktivitas itu akan dilakukan berdasarkan legislasi Rusia.
Walau demikian, Wakil Sekretaris Kabinet Jepang Kotaro Nogami menjelaskan, kegiatan ekonomi bersama di kepulauan tersebut menyesuaikan dengan sikap hukum Tokyo. Dia menggarisbawahi adanya potensi terjadi perselisihan jika hal itu terealisasi.
Kedua pihak juga kemungkinan akan menandatangani kesepakatan di bidang teknologi medis hingga energi. Namun, dua negara ini juga tidak berharap banyak akan sebuah terobosan dalam penyelesaian sengketa ini.
Abe berjanji akan menyelesaikan masalah teritorial ini, dengan harapan untuk meninggalkan warisan diplomatis dan membangun hubungan lebih baik dengan Rusia untuk menghadapi kebangkitan China.
Namun, kesepakatan untuk mengakhiri sengketa ini berisiko untuk Putin yang tidak mau merusak citranya di negeri sendiri, terutama di depan pihak yang habis-habisan membela kedaulatan Rusia.
Kepulauan ini memiliki nilai strategis untuk Rusia karena bisa digunakan sebagai akses jalur laut ke Pasifik barat.
Dalam kesempatan ini, Putin juga menyampaikan kepada Abe kekhawatirannya akan kehadiran Amerika Serikat di Asia. Dia menilai hal ini tidak sepadan dengan ancaman yang diberikan Korea Utara lewat program nuklir dan peluru kendalinya.
"Kami pikir rekan-rekan dari Jepang sudah lebih memahami kekhawatiran Rusia dalam hal ini," kata Lavrov.
Jepang sejak lama telah menegaskan tidak akan menandatangani perjanjian damai sebelum kedaulatannya di empat pulau yang berada di utara Hokkaido itu dipastikan. Namun, belakangan ada tanda-tanda perubahan sikap dari Jepang.
Selama berpuluh tahun, kedua pihak saling melontarkan ide untuk melakukan aktivitas ekonomi bersama di kepulauan itu. Namun, cara untuk melakukannya tanpa mencederai klaim kedaulatan dari kedua negara masih belum dapat diselesaikan.
(aal)