Sengketa Wilayah, Putin Bertolak ke Jepang Temui Abe

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Selasa, 13 Des 2016 21:35 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin bertandang ke Jepang menemui PM Shinzo Abe guna mendiskusikan kesepakatan damai terkait sengketa wilayah Kepulauan Kuril.
Presiden Rusia Vladimir Putin bertandang ke Jepang menemui PM Shinzo Abe guna mendiskusikan kesepakatan damai terkait sengketa wilayah Kepulauan Kuril. (Reuters/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Rusia Vladimir Putin bertandang ke Jepang menemui Perdana Menteri Shinzo Abe guna mendiskusikan kesepakatan damai terkait sengketa wilayah, yang sempat menghambat kedua negara menandatangani perjanjian damai resmi pada akhir Perang Dunia II.

Pertemuan keduanya akan berlangsung di Kota Nagato. Kunjungan Putin selama dua hari ke Jepang itu diharapkan dapat mengantarkan kesepakatan damai terkait sengketa Kepulauan Kuril yang dicaplok Uni Soviet pada 1945 lalu.

Sejak itu Tokyo menuntut Moskow agar mengembalikan kepemilikan kepulauan yang terletak di timur laut Jepang itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun persiapan negosiasi ini telah dilaksanakan berbulan-bulan, namun harapan penyelesaian sengketa wilayah antar kedua negara ini nampaknya kecil. Abe berupaya menawarkan sejumlah investasi berskala besar guna memiliki konsesi di kepulauan tersebut.

"Tidak mudah membuat posisi kedua belah pihak [Jepang dan Rusia] lebih dekat," ungkap Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, seperti dikutip AFP, Selasa (13/12).

Selain mengupayakan kesepakatan damai, baik Putin dan Abe juga akan menyepakati sejumlah perjanjian bisnis guna meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara yang sempat merenggang akibat sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat, terkait krisis Ukraina beberapa tahun terakhir.

Jepang turut menyetujui sanksi yang dijatuhkan Barat terhadap Moskow tersebut.

Sekitar 30 kesepakatan antar perusahaan kedua negara diperkirakan akan ditandatangi oleh Putin dalam lawatannya ke Jepang kali ini. Kesepakatan baru ini diharapkan dapat mendongkrak nilai perdagangan bilateral kedua negara yang sempat jatuh sekitar 31 persen ke nilai US$21,3 miliar tahun lalu.

Sejumlah pihak percaya bahwa sikap Putin akan melunak dan mengabulkan tuntutan Tokyo untuk menyerahkan kembali otoritas atas pulau-pulau tersebut. 

Meski demikian, Moskow semakin gencar memperkuat kedudukannya atas kepulauan Kuril belakangan ini dengan mengerahkan rudal pertahanan di dua dari empat pulau yang terletak di Kuril.

Langkah tersebut memicu kemarahan Jepang yang sudah geram atas pembangunan dua markas militer modern Rusia.

"Pendekatan baru yang dilakukan Jepang ini sangat berani. Dia [Abe] bertekad mencoba membuat terobosan," tutur asisten profesor ilmu politik Universitas Temple Jepang, James Brown.

Sementara itu, profesor ilmu politik Universitas Niigara, Shigeki Hakamada, meragukan bahwa Jepang dapat menggunakan pengaruh ekonominya untuk berkompromi dengan Rusia terkait kepemilikan pulau-pulau tersebut. Menurutnya, tawaran investasi dan kerja sama bisnis dari Jepang tak lantas melunakan hati Moskow terkait sengketa kepulauan itu.

"Langkah yang terlalu optimisitik bahwa kerja sama ekonomi dengan Rusia dapat membantu Jepang memenangkan konsesi atas wilayah teritorial tersebut," kata Hakamada. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER